Jumat, 08 Februari 2008

Sinergi Figur Mataraman dan Tapal Kuda


Pemilihan sosiologis Jatim dalam kawasan Tapal Kuda dan Mataraman tetap jadi rujukan dalam kerangka akademis maupun praktis. Faktor ini kerapkali diperhitungkan dalam menyikapi agenda politik strategis, termasuk pemilihan gubernur (Pilgub) Jatim 2008 ini.

Kawasan Mataraman di Jatim meliputi wilayah eks Karesidenan Madiun dan Kediri. Secara kultural dan antropologis, wilayah ini dipengaruhi kultur budaya Jawa yang berpusat di Solo dan Yogyakarta. Kawasan ini kerapkali disebut Sabrang Wetan dari sentral tanah Jawa yang berpusat di Solo dan Yogyakarta tersebut.

Sedang Tapal Kuda dicirikan pengaruh Islam Tradisional (NU) yang dominan dibanding Islam Modernis (Muhammadiyah dan Persis). Kawasan ini dipengaruhi kultur Islam yang kuat dan warganya lebih mengadaptasi nilai-nilai teologis Islam yang taat. Nilai-nilai agama yang jauh dari aspek sinkretisme (Baca: Kajawen) tak dianut sebagian besar warga Islam di Tapal Kuda. Yang jadi panutan adalah kiai, bukan dukun atau paranormal.

Terpilihnya duet Soekarwo dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sedikit banyak merepresentasikan figur Mataraman dan Tapal Kuda. Soekarwo yang mantan aktivis GMNI dan dibesarkan di Kabupaten Madiun, Jatim adalah wilayah yang secara sosiologis dan antropologis dipengaruhi secara kuat budaya Jawa (Solo dan Yogyakarta). Madiun secara geografis memang dekat dengan kedua daerah itu.

Di sisi lain, Gus Ipul--panggilan akrab Saifullah Yusuf-- dilahirkan di Kabupaten Pasuruan pada 28 Agustus 1964. Suami dari Ummu Fatma ini merupakan darah biru komunitas NU. Trah keluarganya terkait dengan salah satu pendiri NU, KH Bisri Syansuri dari Pondok Mamba'ul Ma'arief Denanyar, Jombang. Anak pasangan Yusuf Cholil dan Sholichat Yusuf Chasbullah ini kenyang dengan pendidikan Islam semasa kecil.

Gus Ipul menamatkan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Maarif Denanyar, Jombang. Jenjang pendidikan menengah pertama diselesaikan di Madrasah Tsanawiyah Mambaul Maarif Denanyar, Jombang, lalu SMP Islam Pasuruan, SMPP Pasuruan, dan Fisip Universitas Nasional (Unas) Jakarta.

Kendati berdarah biru NU, yang unik dari Gus Ipul adalah tak selamanya dia hanya berkecimpung di organ yang berkait dengan NU. Semasa menempuh pendidikan tinggi, Gus Ipul justru aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)--organisasi mahasiswa ekstra kampus yang secara historis, kultural, dan psikologis dekat dengan keluarga besar bulan bintang (baca: Masyumi).

Gus Ipul pernah menjabat Ketua HMI cabang DKI Jakarta. Walaupun demikian, labelnya sebagai tokoh NU tak pernah dilepaskan. Dia pernah menjabat Ketua PP IPNU (2 periode), Wasekjen GP Ansor, Sekjen AMNU (Angkatan Muda NU), Ketua Umum GP Ansor, Sekjen DPP PKB, Wakil Bendahara DPP PDIP, dan anggota Dewan Pertimbangan DPP PPP.

Kini, semua label politik itu telah ditanggalkan. Hanya ada 2 jabatan publik yang melekat pada Gus Ipul: Komisaris Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Ketua Umum GP Ansor. "Kalau persoalan maju pilgub Jatim ini, saya sungguhan, Mas. Tak main-main," kata Gus Ipul pada satu kesempatan mengomentari mengenai rencananya running pilgub Jatim.

Sebagai representasi tokoh muda NU dan kekuatan Islam Tradisional (NU) di Jatim, apakah nama Gus Ipul dan Soekarwo bisa leading pada pilgub 2008 nanti? Itulah masalahnya.

Sebab, ada banyak faksi di tataran NU sekarang. Di antaranya ada sayap NU yang mendukung PKB dan Gus Dur. Yang mana kelompok ini menjagokan H Achmady sebagai cagub. selanjutnya, ada sayap NU struktural tingkat Jatim, yang berusaha mengegolkan Ali Maschan Moesa sebagai cawagub. Kemungkinan besar Ali Maschan Moesa berpasangan dengan cagub Jatim dari Partai Golkar Soenarjo.

Di sisi lain, masih ada sayap NU yang merapat ke PKNU dengan Ketua Umum Choirul Anam. Yang mana di sayap komunitas NU ini bercokol sejumlah kiai sepuh NU. Di antaranya, KH Abdullah Faqih, KH Mas Subadar, KH Idris Marzuki, KH Sholeh Qosim, KH Masbuchin Faqih, KH Nurul Huda Jazuli, KH Abdullah Schaal, dan lainnya.

Yang menarik dari sayap NU yang dekat dengan PKNU ini adalah sejumlah kiai sepuhnya dikenal punya hubungan baik dengan Gus Ipul. Apakah PKNU akan mendukung duet Soekarwo-Gus Ipul? Itu pertanyaan besar yang belum ditemukan jawabannya hingga sekarang.

Antara Gus Ipul dengan sejumlah kiai sepuh NU yang merapat ke PKNU memiliki sejarah hubungan cukup panjang. Hubungan itu makin terajut menjelang, selama, dan pascamuktamar PKB di Kota Semarang tahun 2005 lalu. Yang mana, Gus Ipul adalah calon ketua umum dewan tanfidz DPP PKB yang disokong para kiai sepuh NU tersebut dengan calon ketua umum dewan syuro KH Ma'ruf Amien. Tapi, perjuangan kelompok ini gagal total karena pengaruh Gus Dur masih terlalu tangguh untuk disaingi di PKB.

Para kiai sepuh NU tersebut kemudian melahirkan deklarasi Srondol, Semarang. Isinya, tak puas dan tak mengakui kepemimpinan DPP PKB yang terpilih dan terbentuk berdasar muktamar Semarang. Inilah cikal-bakal dan setting politik yang mendorong lahirnya PKNU di Pondok Langitan, Widang, Tuban.

"Hubungan saya dengan para kiai sepuh NU di Jatim masih terus jalan. Saya juga sering sowan kepada para kiai itu. Komunikasi terus nyambung, Mas," tegas Gus Ipul. @

(sumber: beritajatim)
Teks Foto: Dr Soekarwo Sh MHum, usai meresmikan Pasar Lidah Rakyat di Lidah Wetan, Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar