Jumat, 08 Februari 2008

Bayi Kembar Siam Ke-30 RSU dr Soetomo Dempet Jantung Menyatu


SURABAYA - RSU dr Soetomo kembali menangani pasien bayi kembar siam. Bayi yang keduanya berjenis kelamin perempuan tersebut merupakan rujukan dari RS Al Islam Mawardi Krian, Sidoarjo. Itu merupakan bayi kembar siam ke-30 yang ditangani tim dokter RSU dr Soetomo.

Anak pertama pasangan suami istri Sigit Widiantoro, 25, dan Santi Gerhanasari, 25, itu lahir secara caesar Selasa (29/1) pukul 22.30. Rabu (30/1) pukul 15.00, bayi kembar siam yang berat saat lahir 4, 4 kg tersebut dirujuk ke RSU dr Soetomo.

"Ketika lahir, dr Alfa (dokter anak yang menangani, Red) langsung telepon saya," kata dr Agus Harianto SpA(K), tim dokter kembar siam RSU dr Soetomo. "Saya langsung minta agar dirujuk ke IRD RSU dr Soetomo secepatnya," lanjutnya. Bayi kembar siam asal Jeruk, Gamping, Krian Sidoarjo, itu dirujuk dengan menggunakan ambulans.

Agus mengatakan, ketika dibawa ke RSU dr Soetomo, dua bayi tersebut sudah dipasangi oksigen. Sebab, bayi mengalami cyanosis (kebiruan di tubuh akibat kelainan pada jantung).

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, diketahui bahwa bayi yang diberi nama Sri Mulyani Indah Safitri dan Sri Lestari Endang Pratiwi tersebut mengalami dempet pada dada atas hingga perut. Selain itu, ditemukan kelainan pada perut. Ada jaringan usus terbungkus selaput sebesar bola tenis (omphalochele). Istilah medisnya thoraco abdominophagus omphalochele.

"Dempetnya dua bayi itu tak hanya di bagian kulit luar. Tapi, hingga di organ dalam," jelas Agus. Jantung dua bayi tersebut menyatu dan hanya memiliki tiga ventrikel (bilik jantung). Padahal, normalnya, terdapat dua jantung dengan empat ventrikel. Selain itu, liver dua bayi tersebut menyatu.

"Tim dokter hanya memeriksa hingga liver saja. Kami tak berani intervensi lebih dalam karena kondisi bayi parah," papar Agus yang ahli neonatus.

Dengan kondisi begitu, tim dokter memutuskan bahwa bayi kembar siam tersebut dinyatakan non seperated (tidak bisa dipisahkan). Saat ini, tindakan yang dilakukan tim dokter hanya membuat bayi tersebut survive lebih lama. Caranya, memberikan obat-obatan untuk menangani kelainan jantung bayi itu. Juga pemberian susu formula sebanyak 12 x 2,5 cc setiap hari untuk membantu asupan nutrisinya.

"Menyatunya jantung dengan kelainan tiga bilik membuat bayi rentan alami gagal jantung. Ini adalah ancaman bagi keselamatan bayi tersebut," tambah dr Urip Murtedjo SpB KL, kepala IRD RSU dr Soetomo.

Selain gagal jantung, ada dua ancaman lain yang bisa membuat dua bayi tersebut meninggal dunia. Yakni, infeksi dari omphalochele serta multiple organ disfunction (tidak berfungsinya banyak organ tubuh). Menurut Urip, kelainan jantung memengaruhi fungsi organ vital lainnya, seperti liver dan ginjal. "Dalam kondisi jantung tak berfungsi, itu akan merusak kerja organ vital lainnya. Ini pencetus multiple organ disfunction," imbuhnya.

Kemarin, sang bayi hanya ditunggui kakeknya, Sunarji. Sigit, ayahnya, tengah bekerja sebagai juru mesin kapal feri. Santi, ibunya, tengah istirahat di rumah.

Pria 60 tahun itu mengatakan, menantunya, Santi, rutin memeriksakan kehamilan ke RS Al Islam. Ketika usia kandungan enam bulan, dia diperiksa dengan USG. Saat itu, dokter mengatakan bahwa dalam rahim Santi terdapat dua kepala bayi. Namun, tidak jelas soal dempetnya dua bayi tersebut. "Ketika tahu kembar ya senang. Dalam garis keluarga, dari neneknya Sigit, ada yang kembar," kata Sunarji.

Karena tahu kembar, persalinan dilakukan secara caesar. Itu pun dengan usia kandungan yang sudah cukup, yakni lebih dari sembilan bulan. "Setelah lahir, baru tahu kalau kembar siam," papar bapak tiga anak itu.

Mendengar kondisi cucu keempat dan kelimanya kembar siam, Sunarji kaget. Begitu juga orang tua si bayi. "Terutama, Santi yang shock. Dia tak menyangka anaknya kembar siam," jelasnya. Ketika dirujuk ke RSU dr Soetomo pun, Santi yang sehari-hari bekerja sebagai guru TK tak mengetahuinya. "Tiap kali ditanya, saya bilang kondisi anaknya baik," imbuhnya.

Baru Selasa (5/2), Santi memberanikan diri datang ke IRD untuk menjenguk dua bayinya. Saat itulah, tim dokter menjelaskan kondisi yang sebenarnya hingga kemungkinan terburuk. Rabu (6/1), tim dokter menanyakan kepada keluarga, apakah bayinya itu boleh diekspos atau tidak. Setelah dapat izin, kemarin dilakukan ekspos. "Awalnya, kami semua menangis. Tapi, kami berusaha mengikhlaskan saja. Pasrah," kata Sunarji.

Agus menambahkan, dempet dada dan perut merupakan kelainan terbanyak dari bayi kembar siam yang dirujuk ke RSU dr Soetomo. Dari 30 bayi kembar siam, 20 di antaranya dempet dada dan perut.

Soal kemungkinan survive bayi tersebut, Agus menyerahkan kepada Yang Kuasa. "Kami berusaha sekuat dan selama mungkin merawat bayi ini," ucapnya. Dengan kelainan yang sama, tim RSU dr Soetomo pernah menangani bayi asal Mataram hingga berusia 1,5 bulan. Tapi, ada juga yang hanya bertahan hidup beberapa jam. (sumber: jawapos)

teks foto: Kembar siam Santi I dan II dalam tabung inkubasi

0 komentar:

Posting Komentar