Minggu, 29 Maret 2009

Pimpinan Sementara KPK Harus Penuhi Lima Kriteria


oleh Prima Sp Vardhana

PENANDATANGANAN Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Perubahan UU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang mengatur penggantian tiga pimpinan KPK yang telah dinonaktifkan, sepaket dengan pembentukan Tim Lima untuk memilih penggantinya.


Menhuk dan HAM Andi Matalatta, Menko Polhukam Widodo AS, Wantimpres Adnan Buyung Nasution, pengacara Todung Mulya Lubis, dan mantan pimpinan KPK Taufiequrahman Ruki ditunjuk untuk merekomendasi para calon pengganti sementara.


Belum ada kriteria khusus yang dilansir Tim Lima, tetapi Indonesian Corruption Watch (ICW) mengajukan sejumlah kriteria sebagai masukan untuk Tim Lima. "Pertama, pimpinan tidak dari kalangan dekat presiden. Kedua, tidak boleh diintervensi langsung secara politik, atau merupakan bagian dari parpol atau simpatisan parpol yang akan membahayakan independensi KPK," tutur Koordinator Bidang Hukum ICW Febri Diansyah dalam keterangan pers, Rabu (29/3).


Ketiga, ICW menolak pimpinan pengganti yang berasal dari jaksa atau pejabat polisi yang masih aktif karena pada awalnya, KPK sendiri dibentuk dengan latar belakang kegagalan dalam penegakan hukum oleh keduanya.


Keempat, jika pimpinan KPK berasal dari kalangan advokat maka ICW menolak calon yang pernah menjadi pembela terdakwa kasus korupsi. Kriteria kelima adalah syarat-syarat utama yang harus dipenuhi, ungkap Febri, yaitu memiliki integritas sepanjang rekam jejaknya sebelum mencalonkan diri, tidak pernah melanggar UU, bersifat kompromi terhadap koruptor atau tidak tegas dengan advokasi umum.


"Ini bisa dilakukan dengan pengamatan masyarakat atau investigasi rekam jejak oleh Tim Lima," ujar Febri. Yang tak kalah pentingnya, lanjut Febri, adalah harta kekayaan si calon. Calon lebih baik tak memiliki kekayaan yang lebih dari level jabatannya. (vd/kom)

Senin, 16 Maret 2009

Soekarwo Tak Berani Ungkap Dana Puslatda Jatim 100/II


oleh Prima Sp Vardhana

BENDE pertempuran PON XVIII Riau 2012 sudah didengungkan KONI Jawa Timur, dengan meresmikan Puslatda pada 16 Maret. Sebanyak 575 personel yang terdiri atas 435 atlet dan sisanya ofisial memadati GOR CLS Kertajaya, Surabaya, tempat program yang diberi nama Puslatda Jatim 100/II itu diresmikan. Gubernur Jatim Soekarwo yang melantik mereka.

Dalam sambutannya, gubernur yang baru dua bulan menjabat tersebut menuntut para atlet untuk mempertahankan gelar juara umum yang diraih di PON Kaltim. Seraya berjanji memberi dukungan penuh, dia optimistis Jatim bisa mengulang kejayaan di Riau tiga tahun mendatang.

Optimisme Soekarwo dilandasi oleh tiga hal yang dimiliki Jatim. Yakni, atlet yang punya kemauan keras, pelatih yang mumpuni, dan organisasi yang mendukung. “Di Jatim, saya lihat koordinasi antara tiga elemen itu bagus sekali. Jika koordinasi itu bisa dipertahankan, saya yakin juara umum bisa diraih kembali,” tegas pria yang akrab dengan sebutan Pakde tersebut.

Sayang, tuntutan plus optimisme tinggi dari orang nomor satu di Jatim tersebut tidak dibarengi dengan jaminan untuk sektor pendanaan. Soekarwo tidak berani menyebut besaran anggaran yang disiapkan pemerintah untuk puslatda jangka panjang yang digeber hingga menjelang PON itu. Dia juga tidak menganggap keterbatasan sarana latihan di Jatim sebagai kendala serius pencapaian prestasi.

“Dana itu memang penting, tapi bukan yang nomor satu. Yang lebih penting adalah semangat atlet untuk latihan keras. Kalau ada uang tapi atletnya tidak mau latihan, kan tidak mungkin bisa juara. Karena itu, sarana bukan faktor yang menentukan,” ucap Soekarwo.

Sebagai gambaran, untuk periode pertama puslatda ini, pemerintah provinsi mengalokasikan Rp 48 miliar dari APBD. Kalau mengacu ke sistem Puslatda Jatim 100 jilid pertama, tiap tahun alokasi anggaran itu selalu meningkat, bahkan di tahun terakhir mencapai Rp 67 miliar karena ditambah pos untuk bonus atlet.

“Saat ini APBD untuk tahun-tahun ke depan kan belum diukur. Jadi, soal ada peningkatan atau tidak, saya belum bisa menjawab,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Umum KONI Jatim Imam Utomo menegaskan, semua cabor harus mulai latihan setelah puslatda dikukuhkan. Jatim harus berpacu dengan waktu karena rahasia sukses PON Kaltim lalu sudah diketahui provinsi lain. Kini, hampir semua daerah menjalankan puslatda dengan sistem yang persis seperti di Jatim.

“Kita sudah berbaik hati membagi-bagikan resep keberhasilan di PON Kaltim. Kalau semua daerah punya sistem latihan yang sama, kita harus berusaha lebih keras,” tegasnya. Mekanisme Puslatda Jatim 100 jilid kedua ini memang tidak banyak berbeda dengan pendahulunya.(pvardhana88@gmail.com)

Puslatda PON XVIII Jatim Digelar, Imam Kritisi Kebijakan KONI Pusat



oleh Prima Sp vardhana

KETIDAKPASTIAN Cabang Olahraga (Cabor) yang akan dipertandingkan dalam PON XVIII/2012 di Riau, dipertanyakan KONI Jawa Timur. Ketua Umum KONI Jatim, H. Imam Utomo mengharapkan kepastian tersebut, karena sangat menentukan fokus konsentrasi setiap daerah dalam menyelenggarakan penggemblengan atlet daerah. Selain itu, kepastian tersebut sangat berpengaruh dalam prestasi atlet, khususnya di nomor-nomor terukur untuk memenuhi target prestasi pemecahan rekornas, rekor PON, dan rekor asia.

Demikian kritikan Imam Utomo seusai peresmian Puslatda PN XVIII/2012 oleh Gubernur Jatim H. Soekarwo di Gor Kertajaya, Senin (16/3) pagi.


Harapan Imam, KONI Pusat hendaknya mengubah sistem kebijakan dalam penyelenggaran PON. Selama ini, KONI Pusat selalu menganut kebijakan misteri dalam menentukan cabor yang dipertandingkan dalam even paling prestisius di jagat Indonesia. Bahkan dalam penyelenggaraan PON XVII/2008 lalu. Sehingga membingungkan KONI daerah dalam menyelenggarakan sistem pembinaan atlet Puslatda PON.


“KONI Pusat sudah saatnya mengubah sistem kebijakan dalam penyelenggaraan PON yang selama ini membingungkan daerah. Cabor yang dipertandingkan hendaknya segera dipastikan, sehingga daerah lebih terkonsentrasi dalam membina atletnya dan persaingan di PON XVIII Riau akan menghasilkan prestasi yang berpotensi medali emas SEA Games ataupun ASEAN Games,” kata mantan orang nomor satu di Jatim ini.


Selama ini, dinilainya, kepastian cabang yang dilagakan di PON XVIII Riau sangat tidak jelas. Tidak heran, banyak daerah menjadi kebingungan dalam menggelar Puslatda. Dus, KONI daerah dipaksa melakukan prakiraan yang tidak memiliki kepastian dalam menggelar Puslatda mereka. Misalnya, menggelar Puslatda dengan Cabor yang hanya dipertandingkan dalam SEA Games atau pun ASEAN Games saja. Namun, juga ada daerah yang menggelar Puslatda dengan pembatasan atlet yang cabornya di PON XVII mendulang emas, seperti yang dilakukan Jawa Timur.


“Memang ada cabor yang sudah diketahui akan dilombakan. Tapi, kepastiannya khan belum. Hal ini akan kita pertanyakan ke KONI Pusat dalam Raparnas di Jakarta nanti,” ujarnya.


Selain kepastian cabor, menurut ia, Jatim juga akan mengusulkan agar cabor yang dipertandingkan di PON disesuaikan dengan SEA Games. Sebab, level SEA Games lebih tinggi dibanding PON. ”Jangan sampai atlet juara PON, nantinya tidak bisa berlaga di SEA Games. KONI Jatim juga akan berupaya agar cabor andalan yang tak dilombakan di SEA Games bisa dipertandingkan di PON, seperti panjat tebing,” tambahnya.


Soal mutasi atlet, Imam juga sependapat dengan penolakan daerah lain terhadap mutasi atlet sebelum PON. “Semua daerah sepakat tolak mutasi. Hanya saja, harus ada keputusan KONI Pusat yang bersifat mengikat, Kami berharap jangan sampai kasus-kasus mutasi atlet di PON XVII kembali terulang lantaran ketidaktegasan KONI Pusat,” ujarnya


Sedangkan Gubernur Jatim H. Soekarwo saat meresmikan penyelenggaraan Pusalatda PON XVIII Jatim 100/II, mengatakan, bahwa kesuksesan sebuah daerah dalam even PON bergantung pada tiga tiang pokok utama, yaitu keberadaan atlet potensial, pelatih yang piawai menggembeleng prestasi, serta KONI yang memiliki program pembinaan yang bijaksana dan obyektif.


“Jatim saat ini telah memiliki tiga tiang pokok tersebut, harapan saya ketiganya mampu melaksanakan Puslatda PON XVIII dalam sebuah sinergi yang harmonis,” katanya.


Hubungan antara atlet, pelatih dan KONI Jatim, menurut ia. tidak bisa dipreteli untuk berdiri sendiri-sendiri. Namun merupakan sebuah kesatuan yang satu dengan lainnya harus saling melekat. Senyampang tiga unsur pendongkrak prestasi itu bersinergi dengan harmonis, dia yakin di PON XVIII Riau nanti Jatim mampu dan bisa kembali menjadi juara umum seperti di PON XVII lalu.


“Seorang pelatih dengan program pembinaan yang bagus tidak akan mampu melahirkan sebuah juara apabila tidak didukung atlet bagus dan berpotensi. Sebaliknya atlet ber-skill bagus juga tidak akan jadi juara jika tidak memiliki pelatih yang baik, Apabila simbiosis antara atlet dan pelatih ini bagus serta saling mendukung tetapi gong terakhirnya, yakni KONI tidak bagus, maka perjuangan atlet dan pelatih dalam menggembeleng diri akan sia-sia dan masuk tong sampah,” katanya.


Soekarwo juga mengucapkan terima kasih kepada Imam Utomo, karena mampu mengantarkan KONI Jawa Timur merebut predikat juara umum PON XVII/2008 Kaltim. Selain itu, prestasi yang diukir juga sangat luar biasa. Dari 100 medali emas yang ditargetkan, ternyata kontingen Jawa Timur berhasil mendulang 139 medali emas, 114 perak, dan 111 perunggu.


Sedangkan Humas KONI Jatim Fonumero Ziraluo yang populer dipanggil Fonzir mengatakan, Puslatda Jangka Panjang PON XVIII Jatim ini merupakan obsesi KONI sejak tahun lalu. Program Puslatda Jangka Panjang tahun ini, Jatim menetapkan nama Jatim 102. Artinya di PON XVIII Riau mendatang, Jatim akan menargetkan perolehan medali emas sebanyak 102 atau lebih banyak dibanding PON XVII Kalimantan Timur lalu.


Cabor yang masuk Puslatda, dikatakan, dibatasi 32 cabor dengan kriteria cabor perorangan terukur yang berhasil mendulang emas PON XVII Kaltim. Jumlah atletnya 439 orang. Sedangkan cabor permainan dan lainnya, penyelenggaraan Puslatdanya akan menyusul berdasarkan perkembangan prestasi yang mereka dulang hingga dua tahun menjelang pelaksanaan PON XVIII tahun 2012. (pvardhana88@gmail.com)