Selasa, 12 Februari 2008

BPPT Temukan Potensi Minyak di Pulau Simeulue


Jakarta: Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan lembaga riset geologi dan kelautan Jerman (BGR) menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar di perairan timur laut Pulau Simeulue, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Prediksi sementara jumlah kandungan minyak yang ada sekitar 107,5-320,79 miliar barel

"Temuan ini hasil riset kami dengan Kapal Riset Sonne, yang tujuan awalnya untuk mengetahui detil deformasi struktur geologi di daerah busur muka (fore arc) pasca tsunami 26 Desember 2004," kata Dr Yusuf Surachman, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT, di Jakarta, Senin (11/2) seperti dikutip Antara.

Dibandingcadangan minyak milik Arab Saudi yang volumenya mencapai 264,21 miliar barel. Temuan itu, menurut Yusuf, sangat signifikan. Sedangkan nilai volume
di perairan timur laut Pulau Simeulue itu
dihitung minimal 17,1 x 109 m3 dan maksimal volume total 51 x 109 m3. "Perkiraan volume berdasar volume reservoir yang dihitung atas dasar sejumlah asumsi, yakni seismik dua dimensi, carbonat buildup berbentuk melingkar, faktor pengali elongasi antara 0,5-1,5 dan porositas 30 persen," ujarnya.

Menurut dia, struktur di daerah Cekungan Busur Muka Simeulue yang berasosiasi dengan hadirnya minyak (struktur Carbonat Build Ups dan Bright Spot untuk gas) itu ada pada kedalaman 500-800 meter dari dasar laut yang kedalamannya 1.100 meter.

Ia mengingatkan, volume itu hanya merepresentasikan ruang dalam bentuk tangki yang belum tentu seluruhnya diisi hidrokarbon, berhubung ruang dalam batuan dipengaruhi faktor lain seperti indeks saturasi air, kemampuan daya tampung minyak, dan gas.

Kepala BPPT Prof Dr Said D Jenie berharap, pemerintah segera mengamankan potensi tsb agar dapat dikuasai negara. "BPPT menyarankan segera dilakukan penelitian semaksimal mungkin yang dilaksanakan oleh para peneliti dalam negeri yang sudah memiliki kemampuan dan fasilitas. BPPT dan LIPI memiliki sejumlah armada kapal riset Baruna Jaya untuk membuktikan kebenaran ada tidaknya cadangan itu," katanya.

Pakar perminyakan dari Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) Dr Andang Bachtiar mengatakan, temuan itu perlu segera ditindaklanjuti. "Kalau potensinya mencapai 107,5 miliar sampai 320,79 miliar barel itu jumlah yang sangat besar. Dan, jika saja dari potensi itu hanya terbukti 25 persen, masih merupakan angka sangat menarik," kata Andang, di Jakarta, Senin. Ditambahkan, sedangkan lapangan minyak dan gas yang dapat dikategorikan sebagai giant field, bila volume cadangan terhitung mencapai 500 juta barel.

Andang mengatakan, sebenarnya sudah 33 sumur pernah dibor berada pada cekungan busur muka (fore arc basin) sejak 1970 hingga saat ini dan terindikasi memiliki potensi migas. "Tetapi banyak cekungan busur muka tak ada apa-apanya, berbeda dengan di cekungan busur belakang (back arc arsin) seperti Natuna yang dimatangkan oleh panas," jelasnya.

Menurut Andang, dari mulai ditemukan potensi hingga bisa memproduksi dibutuhkan waktu minimal tujuh tahun, sementara pengeboran migas membutuhkan dana 20-25 juta dolar AS per sumur. "Saat ini produksi minyak Indonesia digenjot hingga satu juta barel per hari, sedangkan impor mencapai 400.000 barel per hari," ujarnya menutup pembicaraan. (ima)

teksfoto:
Pulau Simeulue dari udara (dok. Panyingkul)

0 komentar:

Posting Komentar