Minggu, 28 Februari 2010

DKI Pertahankan Mahkota Juara Kejurnas Inkai 2010


oleh Prima Sp Vardhana

KEJUARAAN Nasional (Kejurnas) Institut Karate-do Indonesia (Inkai) 2010 telah selesai Minggu (28/2) lalu. Selama tiga hari pertarungan antar karateka andalan pengprov perguruan se-Indonesia di GOR Kertajaya Surabaya itu, ternyata peta kekuatan dua besar tidak berubah dari hasil Kejurnas dua tahun lalu. Peringkat satu atau juara umum tetap disandang oleh Kontingen DKI Jaya, sementara tuan rumah Jawa Timur harus iklas duduk di peringkat runner-up.
Kendati peringkat dua besar nasional tidak mengalami perubahan. Namun, terjadi selisih perolehan medali yang sangat signifikan. Jatim menempati peringkat runner-up dengan perolehan medali 10 emas, 9 perak, dan 11 perunggu, sementara DKI Jaya mempertahankan predikat juara umum dengan raihan medali 32 emas, 14 perak, dan 15 perunggu.
Kegagalan Jatim memenuhi ambisinya merebut predikat juara umum, menurut Atjuk Sukotjo -wakil sekretaris umum (Sekum) Inkai Jatim, lebih disebabkan oleh faktor non-teknik yang bersumber dari perubahan regulasi pertandingan yang mendadak dan dekat hari pelaksanaan. Sehingga banyak target medali emas yang berpotensi diraih Jatim, ternyata di atas tatame (matras pertarungan, red.) harus terbang ke kubu DKI Jaya atau dicuri daerah lain. Mengapa demikian.
Perubahan regulasi pertandingan yang ditetapkan PB sekitar 10 hari sebelum hari H pelaksanaan Kejurnas itu, ternyata sangat berpengaruh terhadap strategi yang telah dimatangkan tim Jatim sebagai tuan rumah. Salah satunya, dikatakan Atjuk, pengprov mengalami kesulitan dalam penyusunan ulang kelas yang diikuti atlet andalan. Sebab banyak atlet yang wajib naik kelas, karena faktor usia.  
“Aturannya setiap kelas maksimal diikuti dua karateka daerah, tapi regulasi baru membuat satu kelas bisa terisi tiga hingga empat atlet. Sehingga Jatim harus melakukan kristalisasi, bahkan beberapa atlet potensial dititipkan ke daerah lain demi pembinaan,” ujar pria bertubuh subur ini.
Perubahan regulasi pertandingan yang dilakukan PB, menurut dia, menyangkut faktor pembatasan usia atlet untuk tampil di kelasnya. Awalnya PB memberi batasan kelahiran adalah Februari. Namun, keputusan tersebut diubah menjadi April dan ironisnya diubah lagi menjadi bulan Juli saat sepuluh hari jelang pelaksanaan waktu kejuaraan. Pertimbangan PB untuk persiapan Kejurnas Piala Mendagri yang digelar Juli 2010 di Makassar.
”Pertimbangan untuk target prestasi itu sangat kami dukung. Namun kedepannya nanti penyusunan regulasi kejurnas dengan dasar pembinaan nasional itu, hendaknya dimatangkan lebih dahulu sebelum diumumkan, sehingga tidak merugikan sistem pembinaan yang telah dimatangkan pengprov,” katanya.
NAIK KELAS
Tudingan kubu Jatim tersebut ditanggapi dingin oleh kubu DKI Jakarta. Mereka menilai tu­dingan tuan rumah itu terlalu klise dan mengada-ada. ''Jangan regulasi pertandingan yang selalu disalahkan jika gagal, tapi setiap pengprov harus cerdik dalam melakukan pembinaan. Sehingga kapan pun waktunya PB mengubah-ubah regulasi pertandingan, sebuah pengprov tetap memiliki sebuah pasukan andalan yang berpotensi medali,” kata Denny A. Karundeng, Kabid Binpres Inkai DKI Jaya.
Nasib yang dialami Inkai DKI Jaya, menurut pria yang biasa bicara blak-blakan ini, pengprov daerah lain tidak ada bedanya. Namun pengprov memanfaatkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya sebagai pertimbangan. Karena itu, saat melakukan persiapan pada lima bulan silam, karateka yang disiapkan langsung diproyeksikan untuk naik kelas. Targetnya saat PB melakuan perubahan regulasi, maka karateka yang digemblengkan dapat langsung naik kelas dan tetap berpotensi medali.
Strategi Inkai DKI Jay itu terbkti cukup manjur. Di saat PB Inkai melakukn perubahan regulasi kejurnas sebagaimana kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, maka kubu DKI tidak mengalami kebingungan dalam menyusun atlet sebagaimana kelasnya. Tidak hanya itu, ternyata strategi yang disiapkan kembali membuat pasukan berkekuatan 84 karateka itu kembali menjadi squad terbaik dan menyandang predikat juara umum.
Manajer Inkai DKI Jaya, Agus Suseno mengatakan, raihan medali kontingen yang dibawahnya itu memenuhi tar­get medali yang dibebankan pengprov. Sukses ini lantaan persiapan tim yang maksi­mal dan terstruktur. Selain itu, karena sukses DKI dalam kejurnas kali ini merupakan yang kelima kalinya. Sebelumnya DKI sudah menyandang predikat juara umum dalam kejurnas 2000, 2004, 2006, dan 2008.
Sedangkan Ketua PB Inkai Jend (Purn.) TNI Riyamizard Riyacudu didampingi Ketua Umum Forki Jatim Totok Lusida menegaskan, bahwa penyelenggaraan Kejurnas Inkai yang diikuti 996 karateka dari 31 daerah di Indonesia itu merupakan wadah mencari karateka bertalenta dan berpotensi. Para peraih medali emas nantinya akan membela nama perguruan untuk tampil dalam kejurnas karate Piala KSAD Maret. Target Inkai adalah memperbaiki prestasi pada dua tahun lalu.
Penyelenggaraan kejurnas tersebut, diakui mantan Pangdam V Brawijaya ini, sebagai kalender kaderisasi atlet di internal perguruan. Selain itu, sebagai salah satu cara PB dalam mengevaluasi kualitas sistem pembinaan yang berlangsung di semua pengprov. “Kalau pun hasil kejurnas ini menghasikan kebanggan dan kejengkelan, itu merupakan sesusatu yang lumrah. Sehingga tidak prlu menjadi sebua ganjalan yang membuat perguruan reta, tapi djadikan bahan kajian demi meningkatkan kualitas karateka Inkai untuk berkibar di peta nasional dan dunia,” kata menantu mantan Wapres Tri Sutrisno ini.(vd)

Kamis, 25 Februari 2010

Wiwied Menebar Janji Menuai Kecaman

oleh Prima Sp Vardhana / Profil Serie-2 Habis

SEPANJANG mengikuti kampanye pencitraan diri yang dilakukan Bambang Prasetyo Widodo atau karib disapa Wiwied Soewandi, sepintas lalu sosok putra mantan Bupati Sidoarjo, Soewandi ini mampu memagis sebagian masyarakat yang dikunjungi. Sehingga dirinya pun jadi sosok calon bupati yang menjanjikan untuk membawa kemakmuran pada Kab. Sidoarjo.

Padahal semua janji-janjinya yang bernuansa keberpihakan pada wong cilik dengan wacana Tilik Deso, Noto Deso, Mbangun Kuto itu, hanyalah sebuah orasi politik hasil kecerdikan tim suksesnya. Targetnya kecilnya sekadar sebagai magis pengumpul suara dukungan untuk memuluskan ambisi pribadi dan golongan untuk menguasai Kab. Sidoarjo. Sedangkan target utamanya adalah “mengamankan” bisnis keluarga Bakrie yang terancam akibat tragedi sumur Banjar Panji (populer sebagai Tragedi Lumpur Lapindo, red.).

Strategi ambisius yang mendorong Wiwied dalam perebutan tahta W-1 itu terlihat dari skenario yang menggiringnya tampil. Kendati dia menegaskan, bahwa majunya sebagai Calon Bupati dalam Pemilukada 2010 murni dari dorongan pribadi, yang ingin mempebaiki kondisi Sidoarjo yang tersuruk pada titik nadir perekonomian nasional itu.Secara psikologis sangatlah kontroversi dengan fakta yang mencengkeram dirinya saat ini.

Sebagai seorang pribadi, Wiwied adalah pejabat Direktur Operasional PT. Minarak Lapindo Jaya yang bertanggung jawab dalam proses pelunasan tanah dan bangunan milik para korban Lumpur Lapindo. Namun fakta membuktikan, hingga saat ini perusahaan juru bayar PT Lapindo Brantas itu tak mampu memenuhi kewajibannya. Pembayaran yang dilakukan selalu diulur-ulur tanpa rasa bersalah dan dosa. Padahal banyak korban Lumpur Lapindo itu kini menjadi keluarga mbabungan (keluarga yang hidup dengan status fakir miskin dan tak punya tempat tinggal).

 TUJUH TURUNAN

Karena itu, beberapa korban Lumpur Lapindo lewat Kus Laksono, Koordinator Tim 16 korban lumpur dari Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (TAS) I, menilai Wiwied Soewandi tidak pantas memimpin Sidoarjo. Sebab dia dinilai gagal mengurusi persoalan jual beli aset warga korban Lapindo. 

"Bagaimana Pak Wiwied mampu mengurus masyrakat Sidoarjo yang jumlahnya jutaan jiwa. Mengurus hak ganti rugi korban Lumpur Lapindo yang jumlahnya ratusan orang saja tidak becus. Kalau ada masyarakat Sidoaro yang mendukungnya itu keblinger tuju tujuh turunan,” katanya dengan senyum sinis.

Hal senada juga disampaikan Muhamad Irsyad, warga Besuki Timur yang tidak masuk peta terdampak. Menurut dia, siapapun sosok yang jadi bupati hasil Pemilukada 2010 tidak akan mampu memberikan perubahan pada nasib korban Lapindo, apalagi terhadap warga yang ada di luar peta seperti warga Besuki Timur. "Lebih-lebih petinggi Minarak juga nanti mencalonkan diri. Peristiwa ini sebuah penghinaan terhadap warga korban Lapindo. Selama 4 tahun kasus Lapindo, mereka tidak memberikan perbaikan, kok mau jadi bupati," ujar Irsyad meragukan komitmen Wiwied sebagai Calon Bupati yang pro-rakyat.

Sedangkan Muhammad Zainal, warga Renokenongo yang masih belum terbayar sisa pembayaran 80 persen, berpendapat sama. Terhadap semua calon bupati Sidoarjo yang nanti maju, Zainal sangat pesimis. Ia meragkan, bupati terpilih itu akan membawa perubahan bagi Sidoarjo, apalagi untuk masyarakat korban lumpur Lapindo. 

"Kalau Pk Wiwied punya komitmen untuk membawa perubahan bagi Sidoarjo umumnya dan warga korban Lumpur Lapindo khususnya, kenapa tidak ditunjukkan dari dulu untuk memberikan bantuan. Sebagai orang awam, saya yakin majunya Pak Wiwied karena pesanan keluarga Bakrie untuk mengamankan bisnisnya di Sidoarjo,” ujarnya.

Berkaitan dengan penyelesaian pembayaran aset korban lumpur Lapindo sendiri, setidaknya masih ada 20 warga Desa Gempolsari yang belum menerima pembayaran, baik 20 persen maupun 80 persen. Selain itu, ada sekitar 59 berkas warga Desa Jatirejo belum menerima sepeser pun. Sedangkan sekitar 300 lebih warga dari 4 desa terdampak masih terkatung-katung soal sisa pelunasan 80 persen. Selain itu, pemerintah hingga saat ini tidak memiliki program khusus terhadap pemulihan pendidikan dan perekonomian korban Lumpur Lapindo selama hampir 4 tahun. 

Masalah lain yang berpeluang menggagalkan ambisi Wiwied adalah persoalan kredit macet di Bank Jatim Cabang Sidoarjo. Kredit macet sekitar Rp 3 miliar itu terkait profesi Wiwied sebagai developer salah satu perumahan di daerah Candi. Dengan ambisi sebagai Bupati Sidoarjo, menurut Mbah Ponidi -sesepuh masyarakat Tulangan, seharusnya Wiwied merupakan sosok yang sempurna dan taat hukum.

”Saat ini saja, belum menjadi seorang bupati sudah mengantongi predikat pengkredit macet. Bagaimana nanti nasib masyarakat Sidoarjo ke depannya, kalau Pak Wiwied sudah memiliki kekuasaan. Wah bisa-bisa nasib msyaakat Sidoarjo lebih menderita dari kondisi saat ini,” ujarnya.

Berpijak dari ambisi Wiwied Soewandi yang ingin merebut tahtah W-1 dengan ketidakmampuan dalam membantu korban Lumpur Lapindo. Juga, beragam kekurangannya sebagai seorang pribadi dan pengusaha. Tak pelak lagi, para korban Lumpu Lapindo bersama masyarakat Tulangan, Krian, Wonoayu, Porong, Tanggulangin dan kecamatan lain yang akan merapat sepakat melakukan penghadangan terhadap ambisi Wiwied untuk menjadi Bupati Sidoarjo.(pvardhana88@gmail.com)

Rabu, 24 Februari 2010

Wiwied Suwandi Boneka Politik Bakrie Grup

oleh Prima Sp Vardhana / Profil Serie-1

GAGAL memenuhi janji melunasi komitmen cash and carry pada mayoritas korban lumpur Lapindo, ternyata tidak membuat PT. Minarak Lapindo Jaya terserang rasa malu dan pekiwuh. Perusahaan juru bayar PT Lapindo Brantas yang menangani urusan jual beli aset tanah dan bangunan korban luapan lumpur sumur Banjar Panji ini, justru bersikap kurang simpati dan miskin empati.
Sikap itu ditunjukkan dengan ambisi anak perusahaan keluarga  Grup Bakrie ini dengan mengikuti perebutan tahta Bupati Sidoarjo lewat Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada), yang rencananya diselenggarakan April 2010 mendatang. Besarnya ambisi tersebut diproyeksikan dengan menurunkan dua calon andalan mereka, yang dilengkapi dana puluhan miliar rupiah sebagai stimulus merebut tahta W-1.
Sosok pertama yang dibiayai adalah Komisaris Utama PT Minarak Lapindo Jaya Gesang Budiarso. Kendaran politik yang rencananya akan ditunggangi adalah Partai Golkar. Ini karena posisi pria berpostur tinggi langsing ini sebagai Sekretaris DPD Golkar Jatim. Kendati demikian, ternyata pria yang gagal dalam Pemilihan Legislatif 2008 ini belum juga berani unjuk gigi secara terus terang. Sikap hati-hati dan menempatkan posisi diri sebagai “kuda hitam” itu dilakukan, karena tertebas hasil survey DPD Golkar Sidoarjo untuk mengetahui tingkat popularitas dan elektabilita tokoh yang akan dijagokan.
Hasil survey dengan metode kuesioner yang dipaparkan Ketua Golkar Sidoarjo, Warih Andono pada pertengahan Januari silam, menunjukkan, Gesang hanya menempati posisi ketiga diikuti Emy Susanty –istri Bupati Win Hendrarso- di posisi keempat. Sedangkan posisi dua besar terpopuler di masyarakat Sidoarjo, adalah Wakil Bupati H. Syaiful Ilah dan Ketua DPW PKB Jatim H. Imam Nahrawi.
Dengan posisi yang tidak menjanjikan itu, maka PT. Minarak Lapindo Jaya mengubah strateginya untuk proyek perebutan tahta W-1. Kali ini sosok yang diharapkan mampu menandingi kepopuleran Syaiful Ilah adalah Direktur Operasional PT Minarak Lapindo Jaya Bambang Prasetyo Widodo. Pria bernama populer Wiwied Soewandi ini diyakini mampu menjadi boneka koalisi perusahaan Keluarga Bakrie, karena secara kebetulan dia anak dari Soewandi, mantan Bupati Sidoarjo pada era 1975-1985. Target kendaraan poltiknya adalah koalisi Partai Golkar, Gerindra, dan PKNU.
Skenario pencitraan sosok Wiwied Soewandi pun digeber tim suksesnya. Proyek pertama yang digelar dengan kemasan dramaturgi, adalah melakukan tebar pesona dan janji manis pada masyarakat papan bawah yang buta ”skenario politik” yang nantinya akan berakhir dengan pepesan kosong. Jadwal yang disiapkan tim suksesnya sangat padat. Bagaimana tidak. Sejak tanggal 16 hingga 24 Februari, pria berkacamata ini harus berakting dalam beragam peran. Berakting sebagai sosok politikus, ia menghadiri acara intern konsolidasi DPC Gerindra Sidoarjo menghadapi Pilkada Sidoarjo 2010 dan Pemilu 2014 di Hotel Sun City, Sidoarjo, Selasa (16/2) sore.
Malam harinya, berakting sebagai muslim yang (maaf, red) taat dan empati pada masyarakat kelas bawah, Wiwied dengan baju batik dan celana gelap dengan songkok yang kian rutin dikenakan menghadiri pengajian warga di Jl. Airlangga. Pertemuan yang kental atmosfer beribadah itu, dengan liciknya dimanfaatkan untuk menebar pesona dan janji manis untuk meraih dukungan suara dalam pencalonan dirinya.
Setelah itu, berjibun jadwal pencitraan pada masyarakat kecil dilakukan kubu Wiwied. Misalnya dengan melakukan tebar pesona dan janji-janji politik pada masyarakat cilik di daerah Krembung, Tulangan, Wonoayu, dan Kureksari – Waru. Juga, menemui tokoh masyarakat wilayah Krian, Balongbendo dan Tarik di Balai Desa Balongbendo. Selain itu, ia juga melakukan kunjungan mohon restu dan dukungan dengan sowan pada mantan Bupati Sidoarjo, Soegondo.
Kubu Wiwied juga berusaha menarik simpati pada bolamania Sidoarjo, dengan memberikan bantuan sekitar Rp 300 juta pada tim profesional Deltras. Di lain saat, tim suksesnya mengantar Wiwied sowan pada pengurus Paguyuban Mantan Kepala Desa (PMKD) Kab. Sidoarjo di Wonoayu, yang mengklaim diri beranggotakan 650 mantan Kades. Berselang sehari, Wiwied bertemu dengan para tokoh masyarakat dan petani tebu dan guru di gedung Pepabri Krembung.
Setelah disibukkan jadwal tebar pesona, pada 24 Februari posko pemenangan pun di perumahan Pondok Mutiara blok I no 11 Sidoarjo diresmikan. Posko yang diberi nama Media Center Wiwied Soewandi itu tak tanggung-tanggung, peresmiannya dihadiri KH Ali Mustawa, pengasuh Ponpes Sabilul Rosyad Bareng Krajan Krian, yang sekaligus didapuk untuk membacakan doa. (pvardhana88@gmail.com)

Selasa, 16 Februari 2010

PKB Sudah Pasti Kawinkan Saiful-Sutjipto


oleh Prima Sp Vardhana


Keputusan DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam memilih pasangan yang dijagokan dalam Pemilihan Kepala Daerah (PKB) Sidoarjo 2010, sudah terpastikan mengarah pada duet H. Syaiful Ilah sebagai Calon Bupati (Cabup) dan H. MG Hadi Sutjipto sebagai Calon Wakil Bupati (Cawabup). Kedua ”mempelai” itu sudah pasti disandingkan, setelah mereka bersama H.Abdulah Khoiri (Sekretaris PKB Sidoarjo) dinyatakan lolos dari penjaringan, yang diselenggarakan PKB Sidoarjo akhir Januari lalu.

Selain itu, arah pemilihan DPP dalam mendukung pasangan yang dijagokan dalam Pilkada Sidoarjo itu, ternyata sudah diungkapkan oleh Ketua Desk Pilkada Sidoarjo 2010, Imam Rahmat secara sekilas. ”Walau belum menerima pemberitahuan dari pusat kami sudah melihat arah dukungan DPP yang mengerucut untuk memasangkan Pak Syaiful dan Pak Tjip,” kata Imam saat dihubungi ponselnya, Senin (15/02).

Dasar prediksi Imam dan para koleganya di PKB Sidoarjo yang yakin akan keputusan DPP dalam ”mengawinkan” Syaiful Ilah dan Hadi Sutjpto, di atas kertas sangatlah memungkinkan. Pasalnya calon yang lolos dalam penjaringan Cabup dan Cawabup yang diselenggarakan PKB Sidoarjo, hanya meloloskan satu Cabup yaitu H. Syaiful Ilah dan dua Cawabup yaitu Hadi Sutjipto dan Abdullah Khoiri.

Secara performance dan kualitas, Syaiful Ilah dipastikan langsung menerima dukungan. Pasalnya sebelum mendaftarkan diri ke Desk Pilkada PKB, Wakil Bupati Sidoarjo ini sudah mendapatkan dukungan dari Ketua DPW PKB Jatim, Imam Nahrowi. Juga disusul dukungan politik yang ditunjukkan oleh Ketua DPP PKB, H. Muhaimin Iskandar yang datang dan bertemu Syaiful Ilah di Sidoarjo.

Sedangkan dalam porsi pemilihan Cawabup yang pantas mendampingi Syaiful Ilah, di atas kertas DPP lebih memilih Pak Tjip (panggilan akrab Hadi Sutjipto, red.) dibanding Khoiri. Salah satu pertibanganya adalah potensi Pak Tjip dalam menjaring dukungan suara masyarakat Sidoarjo. Dalam porsi ini Pak Tjip bukanlah tandingan seorang Khoiri. Bagaimana tidak. Di tingkat PNS, Pak Tjip sangat populer. Selain ramah terhadap para bawahannya, pria ramah ini memiliki empati yang tinggi.

Dalam mengail dukungan di luar PNS, Pak Tjip memiliki potensi people power yang cukup meyakinkan. Ini karena aktifitas Asisten I Sedakab Sidoarjo Bidang Pemerintahan dan Kesra dalam berorganisasi massa. Menjadi Ketua Takmir Masjid Agung, Sidoarjo, di atas kertas telah membuatnya akrab dengan para Kyai dan Ulama di Sidoarj, Jawa Timur, dan Nasional.

Kendati demikian, menurut Imam, PKB belum ada rencana mendeklarasikan pasangan SAPTO (Saiful-Sutjipto) dalam waktu dekat. Ini karena PKB Sidoarjo belum menerima intruksi dari DPP. Sedangkan informasi lisan dari salah satu pengurus DPP, kemungkinan besar dideklarasi pasangan SAPTO sebagai cabup-cawabup dari PKB untuk berlagai di ajang Pilbup Sidoarjo 2010 akan dilakukan pada bulan April 2010.

“Memang, waktu pasti pendeklarasian belum ditetakan DPP secara tertulis. Namun pemberitahan secara lisan, bahwa deklaras akan diselenggarakan pada April nanti sudah lebih dari cukup. Pemberitahuan lisan itu sudah cukup sebagai bahan persiapan kami menggelar deklarasi,” ujarnya. (vd)

Senin, 15 Februari 2010

Melirik Hadi Sutjipto, Saiful Ilah Kian Melenggang


oleh Prima Sp Vardhana

Setelah lama menutup diri tentang calon tokoh yang akan digandengnya sebagai Wakil Bupati dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sidoarjo 2010, Syaiful Ilah sedikit membuka diri. Calon Bupati (Cabup) yang sudah pasti akan dijagokan oleh DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sidoarjo itu memastikan akan memilih calon wakil, yang memiliki basis pendukung yang besar dan kuat. Selain itu, tokoh tersebut mengantongi catatan prestasi dalam profesinya yang sangat membanggakan.

”Maju dalam Pilkada itu bukan sebuah permainan yang kental nuana spekulatif. Masuk bursa Pilkada merupakan sebuah perjuangan diri untuk memperebutkan amanah masyarakat. Karena itu, siapa pun yang maju harus mengantongi beragam syarat yang memastikan keyakinannya untuk dipercaya masyarakat,” kata Syaiful Ilah usai acara Istighosah Bersama yang diadakan Mahasiswa UIN Maliki Malang, Minggu (14/02).

Pertimbangan Wakil Bupati Sidoarjo itu dalam memilih calon pendamping tersebut, secara politis sangatlah wajar. Pasalnya dengan memilih calon pendamping yang memiliki basis pendukung kuat dan besar. Juga, calon pendamping yang mengantongi prestasi dalam profesinya. Di atas kertas, posisi jual Syaiful Ilah dalam membukukan suara amanah dari masyarakat akan kian menguat. Dus, peluangnya merebut tahta W-1 yang sudah di depan genggamannya akan kian terpastikan untuk terengkuh tanpa kesulitan.

Berpijak pada sepenggal pengakuan Syaiful Ilah yang disaksikan dan didengar cukup banyak mahasiswa UIN Maliki itu, orang kedua di Sidoarjo itu sepintas lalu sudah menjatuhkan sosok wakilnya pada H. MG Hadi Sutjipto. Juragan tambak itu melirik Pak Tjip (panggilan akrab Hadi Sutjipto, red.) dibanding Achmad Khoiri -kader PKB- yang ikut menaftar sebagai Calon Wakil Bupati (Cawabup) lewat desk Pilkada PKB, pertimbangan kepentingan politiknya sangat matang.

Korban Lumpur

Dengan menggandeng Pak Tjip yang juga Asisten I Sekdakab Sidoarjo Bidang Pemerintahan dan Kesra, secara teknik Syaiful Ilah berpeluang mengantongi dukungan suara dari sekitar 9.000 guru PNS maupun honorer plus keluarga mereka. Ini karena sebelum dipromosikan memangku jabatan Asisten I, Pak Tjip menjabat Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo. Selama tiga tahun menjabat penentu kebijakan di bidang pendidikan Sidoarjo itu banyak terobosan dilakukan, yang berpihak pada guru dan kepala sekolah.

Salah satu kredo Pak Tjip yang tidak mungkin dilupakan para guru di Sidoarjo, adalah keberaniannya mengajukan permohonan bantuan ke Menteri Pendidikan untuk para guru korban lumpur Lapindo. Perjuangan itu menghasilan sebuah kucuran dana yang lumayan besar, sehingga dapat dimanfaatkan para guru korban lumpur Lapindo untuk mencari tempat tinggal kontrakan. Juga, menunjang kebutuhan hidup para guru tersebut.

Jumlah dukungan suara itu berpeluang membengkak berlipat kali, karena Pak Tjip yang memiliki basis pendukung cukup kuat dikalangan PNS Kabupaten Sidoarjo, juga merupakan sosok yang terlibat aktif sedikitnya dalam 10 organisasi kemasyarakatan. Selain sebagai Ketua Takmir Masjid Agung Sidoarjo. Pak Tjip juga Ketua Kwartir Cabang Pramuka Sidoarjo, Ketua Harian KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Sidoarjo, Wakil Ketua BAZ (Badan Amil dan Zakat) Sidoarjo. Dan, masih banyak lagi lembaga kemasyarakatan sosial yang selama ini menyibukkan dirinya.

Sedangkan Hadi Sutjipto saat dikonfirmasi tentang sikap Syaiful Ilah yang mengincar dirinya sebagai pendampingnya masju dalam Pilkada Sidoarjo 2010. Dengan segurat senyum yang selalu menghias bibir, Pak Tjip mengucapkan hamdalah. Dia sangat bersyukur jika Allah Swt pada akhirnya meridhoi doanya untuk mengabdikan diri pada masyaraat Sidoarjo, dengan mengetuk hati kecil Syaiful Ilah untuk mendampinginya maju dalam Pilkada yang rencananya akan digelar 25 Juli mendatang.

“Kabar Pak Syaiful menggandeng saya, secara pribadi sangat menggembirakan. Namun secara aqidah merupakan awal perjuangan yang saya janjikan saat menunaikan ibadah Haji tahun lalu,” katanya.

Saat menunaikan ibadah Haji itu, ditambahkan, ia sempat berdoa di Al-Mutazam, yaitu sebuah lokasi antara Hajar Aswad dan pintu Kabah di kawasan Masjidil Haram, Mekkah. Dalam doanya, ia meminta Allah untuk meridhoinya mengabdikan diri dalam membangun masyarakat Sidoarjo dari keterpurukan pasca tragedi lumpur Lapindo. Soal caranya, ia menyerahkan pada Allah yang lebih mengetahui akan cara mengabdinya yang terbai buat dirinya, keluagany, dan masyarakat Sidoarjo.

”Kalau akhirnya Pak Syaiful memilih saya untuk mendampingi, mungkin dengan menjadi Wakil Pak Syaiful inilah cara terbaik yang dipilihkan dan diridhoi Allah untuk saya dalam mengabdikan diri untuk agama dan masyarakat Sidoarjo. Amien.” Ujarnya dengan bibir yang bergetar. (vd)