Selasa, 26 Januari 2010

Wisnu Pimpin PDIP Surabaya 2010-2015

# Merasa tak dihargai, kubu Rizqie Darmaputa WO

oleh Prima Sp Vardhana


Prediksi akan melenggangnya Wisnu Sakti Buana ke tahta Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Surabaya periode 2010-2015, lewat Konferensi Cabang (konfercab) PDIP Surabaya di Hotel Equator Jl. Pakis Argosari, 25-26 Februari, menjadi kenyataan. Wisnu yang putra politikus PDIP Sutjpto itu “dipaksakan” terpilih dengan membukukan 19 suara, sementara rivalnya Rizqie Darmaputra yang hanya mendapatkan 10 suara.
PAC yang berhak memberikan suara dalam konfercab itu, menurut Wakil Ketua DPD PDIP Jatim, Ali Mudji, jumlahnya sebanyak 31 PAC. Namun yang terlibat dalam pemungutan suara hanya 29 PAC. Sedangkan PAC Sukomanungga dan Bubutan tidak bisa memberikan suaranya, karena kedua PAC sedang dalam masalah kepengurusan. Masing-masing memiliki dua kepengurusan yang  saat ini dalam proses penyelesaian, sehingga panpel konfercab memutuskan kedua PAC itu hanya memiliki hak sebagai peninjau tanpa memiliki hak suara.
Setelah ketua baru terpilih, menurut Ali Mudji, proses selanjutnya peserta bersama ketua terpilih akan memilih anggota formatur yang nantinya bertugas membentuk kepengurusan baru. Anggota formatur terdiri dari tujuh orang meliputi lima dari utusan dapil, satu orang perwakilan DPD PDIP Jatim dan ketua terpilih. Anggota perwakilan dapil meliputi, dapil satu diwakili Hasan, dapil dua Suwanto dapil tiga Iwan dapil empat Hariyadi dan dapil lima Haris Pranata.
“Kami berharap kepengurusan baru yang terbentuk mampu mengembangkan partai ke depan, setidak-tidaknya bisa mengembalikan suara seperti pemilu 1999 atau 2004 lalu. Selain itu, mampu mengawal rekomendasi DPP untuk memenangkan calon yang diusung PDIP pada Pilkada Surabaya mendatang," katanya.
Ironisnya dalam Konfercab PDIP yang dibuka Ketua DPD PDIP Jatim, Sirmadji itu, ternyata tak terihat hadirnya pengurus DPP. Termasuk Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Pramono Anung,  yang semula dijadwalkan membuka acara konfercab ini.
Penyelenggaraan konfercab DPC PDIP Surabaya itu, sesungguhnya terselenggara dalam suasana panas dan penuh intik. Ini terlat dari sikap Koordinator Forum PAC PDIP Surabaya, Sri Hono Yuliarko, yang meminta konfercab ditunda sampai persoalan internal yang membelit partai diselesaikan terlebih dulu. Masalah perpecahan pengurus di PAC (Pengurus Anak Cabang) yang kini menjadi peserta konfercab, misalnya. Terkait masalah itu, pihaknya juga sempat membahasnya dengan Wakil Sekjen DPP PDIP Mangara M Siahaan dan dua pengurus DPP lain.
Ditambahkan, pihak DPD dan DPC juga telah berjanji menyelesaikan persoalan PAC sebelum konfercab dilakukan. “Namun faktanya, PAC-PAC belum selesai tetapi konfercab dipaksakan untuk digelar. Ini sangat kami sesalkan, bahkan bisa memicu perpecahan,” katanya.
Sikap senada juga dilontarkan Rizqie Darmaputra. Kandidat ketua DPC itu meminta konfercab ditunda dengan alasan belum selesainya konflik di tubuh DPC maupun PAC. “Kalau alasannya sesuai SK 435, aturan yang mana. Mekanisme partai sudah jelas, kalau ada persoalan harus diselesaikan dulu,” katanya.
Namun Ketua DPD PDIP Jatim Sirmadji menentang. Menurut dia, konfercab tidak bisa ditunda karena sudah sesuai aturan partai. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) DPP No 435/KPTS/DPP/XI/2009 tentang pedoman pencalonan nama ketua umum melalui pelaksanaan rapat pengurus anak cabang (PAC), konfercab, konferda hingga Kongres III PDI-P.
“Memang prosedurnya seperti itu. Kalau ada permasalahan apa pun, maka harus ada klarifikasi dan solusinya dibahas di forum konfercab. Ini sudah sesuai prosedur. Jadi tidak mungkin konfercab ditunda,” ujarnya.
Memilih WO
Selain membahas persoalan terkait belum selesainya konflik internal partai, agenda utama konfercab membentuk ketua, sekretaris dan pengurus DPC lima tahun ke depan. “Di forum juga dibahas program-program, pertanggungjawaban pengurus periode sebelumnya, mengajukan satu nama calon ketua DPD Jatim dan satu nama calon ketua DPP serta menetapkan utusan ke konferda maupun kongres,” kata pria yang juga Wakil Ketua DPRD Jatim tersebut.
Melihat konfercab tetap digelar dengan legitimasi Surat Keputusan (SK) DPP No 435, maka kubu kubu Risqie Darmaputra memilih walk out (WO) dari arena konfercab karena merasa dicurangi. Kondisi panas yang mewarnai konfercab itu terjadi, karena memang konfercab tersebut merupakan ajang persaingan Whisnu dan Risqie dalam berebut tahta di partai itu, menggantikan Saleh Ismail Mukadar.
Kubu Rizqie memilih walk out (WO) dari arena konfercab saat hendak memasuki sesi sidang membahas mekanisme pemilihan ketua. “Ini sebagai bentuk protes karena tidak fair-nya konfercab. Permasalahan di beberapa PAC belum ada solusi, tapi sudah dianggap tidak ada masalah. Inikan aneh, makanya kami pulang, buat apa kami ikut melanjutkan sidang,” kata Rizqie.
Sikap berseberngan yang dilakukan kubu Rizqie ini sempat membuat arena konfercab sedikit tegang, khususnya saat rapat komisi. Sri Hono Yularko, Ketua PAC Semampir sempat dihujat habis-habisan. Sehingga politikus banteng bermoncong putih ini memilih keluar dengan sikap dingin.
Whisnu Sakti Buana mengaku kecewa atas pelaksanaan konfercab yang dianggap penuh rekayasa ini.  Kekecewaan itu diaplikasikan Wisnu dalam siap yang kurang bijaksana dan kekanak-kanakan. Whisnu tak mencantumkan nama Rizqie Darmaputra dan Sri Hono Yularko dalam kepengurusan inti partai selama lima tahun ke depan. Wisnu justru memilih Armudji sebagai sekretaris dan Baktiono sebagai Bendahara, meski kedua sosok ini banyak digunjingkan dan kurang mendapat simpati para PAC.
“Semoga pengurus dan anggota mampu bekerja lebih baik serta membuat partai ini kembali menjadi partai penguasa di Surabaya,” tutur Whisnu.
Sedangkan Sekretaris terpilih DPC PDIP Surabaya, Armudji mengaku tak merisaukan aksi WO kubu Rizqie Cs. Keputusan yang mereka lakukan merupakan hak dan sikap wajar dalam berdemokrasi. “Nggak apa-apa dan nggak mengganggu pelaksanaan konfercab kok. Tindakan mereka wajar di alam demokrasi,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia menilai tidak ada yang salah dan tidak ada pelanggaran dalam pelaksanaan konfercab. “DPD PDIP Jatim adalah yang paling berwenang dan sudah diputuskan. Jadi semuanya sah dan tidak ada yang aneh,” terang pria yang juga ketua Komisi A DPRD Surabaya itu.  (vd)

Syaiful Ilah Bacabup, Hadi Sutjipto - Akhmad Khoiri Bacawabup

oleh Prima Sp Vardhana


Sampai batas toleransi pemenuhan kurangnya data administrasi berupa foto dan ijasah terakir, Minggu (24/1), ternyata bacawabup Jalaludin Alham Sip., M.Hum., tidak mampu memenuhi kekurangannya.Sehingga desk Pilkada PKB menetapkan deklarator Partai Demokrat Sidoaro itu gugur dalam sesi administratif.
“Saya legowo atas pencoretan nama saya sebagai pendaftar bacawabup, karena saya memang gagal memenuhi persyaratan pendaftaran. Kegagalan ini bagi saya memberi hikmah agar saya konsentrasi di DPRD Jatim,” kata Jalaludin saat ditemui di ruang kerjanya, DPRD Jatim, Selasa (26/1).
Dengan pencoretan nama Jalaludin Alham sebagai peserta bacawabup, maka hasil proses verifikasi persyaratan administratif pendaftar bakal calon bupati (cabup) maupun cawabup yang dilakukan Desk Pilkada PKB memutuskan, bahwa Saiful Ilah lolos sebagai cabup yang diusulkan akan ke DPP untuk mendapatkan rekomendasi. Sedangkan bakal calon wakil bupati, dari tiga pendaftar yang lolos adalah M.G. Hadi Sutjipto dan Akhmad Khoiri.

Sedangkan satu-satunya yang tidak lolos verifikasi adalah Jalaluddin Alham, kader Demokrat Jatim serta mantan Wakil Ketua DPRD Sidoarjo yang mendaftarkan diri sebagai bakal calon wakil bupati. Menurut Imam Rahmad, Ketua Desk Pilkada PKB, Jalaludin tak lolos verifikasi lantaran tdak memenuhi banyak persayaratan. Paling utama, belum membayar uang mahar Rp 50 juta.
Soal koalisi, Imam Rahmad, yang juga menjabat bendahara DPC PKB Sidoarjo, pihaknya tetap memerlukan dukungan partai lainnya untuk memuluskan langkah partainya berkuasa di pendapa. “PKB itu sangat-sangat membuka diri untuk berkoalisi dengan partai lainnya dalam kepentingan pilkada,” ujarnya. (vd)


Hadi Sutjipto Mencalonkan Diri dengan Jaminan 'People Power'

CATATAN PILKADA SIDOARJO 2010 (SERIE KE-2)

oleh Prima Sp Vardhana

LALU siapakah kandidal rival yang seimbang untuk melayani pencalonan Syaiful Ilah merebut tahta W-1?


Dari nama-nama cabup dan cawabup yang beredar, secara popularitas dan elektabilitasnya, hanya satu nama yang mampu mengimbangi pencalonan Syaiful Ilah dan mesin politiknya PKB. Satu nama itu adalah H. MG Hadi Sutjipto SH., MH. Ini karena dari sisi dukungan, Ketua Takmir Masjid Agung Sidoarjo ini memiliki basis massa yang sangat mengagumkan dan membuat para rival perlu bekerj keras untuk membendung kekuatannya.

Dengan latar belakang sebagai mantan Kepala Dinas Infokom dan Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sidoarjo, pria ramah ini di atas kertas telah mengantongi dukungan yang memastikan dari sekitar 9.000-an guru PNS dan Honorer se-Sidoarjo. Jumla itu belum termasuk keluarga dari para guru tersebut, yang memmungkinkan dari basis pendidik saja bisa mengumpulkan sekitar 17.000 suara dukungan.

Jumlah dukungan suara itu bisa membengkak berlipat kali, karena pria yang menjabat Asisten I Pemkab Sidoarjo ini juga sangat populer di kalangan PNS Kabupaten Sidoarjo, juga di kalangan umum lantaran pria yang akrab dipanggil Pak Tjip ini merupakan sosok yang terlibat aktif sedikitnya dalam 10 oranisasi kemasyarakatan. Selain sebagai Ketua Takmir Masjid Agung, ia juga Ketua Kwartir Cabang Pramuka Sidoarjo, Ketua Harian KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Sidoarjo, Wakil Ketua BAZ (Badan Amil dan Zakat) Sidoarjo.

Dengan peluang dalam pengumpulan suara dukungan itu, secara tersirat posisi tawar Hadi Sutjipto ini untuk merebut tahta W-1 bak semudah membalik telapak tangan. Karena itu, sejak awal tahun 2009 Bupati Win Hendrarso sudah mengelus-elusnya untuk dijadikan jago yang diterjunkan dalam Pilkada 2010. Namun tawaran indah yang menjanjikan kekuasaan itu tidak membuat pria berpostur kecil ini terbius dan terlena untuk menerima. Sehingga membuat Win gusar dan mengubah pilihan pada Kepala Dinas DPU Bina Marega Sidoarjo, Ir Bambang Joelianto. Namun pilihan Win itu harus berhenti di tengah jalan, lantaran Takdir Allah Swt menentukan lain. Bambang Julianto yang berdarah Madura Pamekasan itu harus berpeluang akibat serangan jantung pada 23 Desember 2009 pukul 07.30.

Kejutan lain dalam peta kekuatan Pilkada 2010 itu, secara tiba-tiba Hadi Sujipto didampingi tiga orang terdekatnya mendaftar ke desk Pilkada PKB untuk mengikuti penjaringan merebut tiket cawabup dari partai tersebut. Obsesi Pak Tjip hanya satu dipercaya oleh PKB untuk mendampingi Syaiful Ilah melenggang menuju Pilkada 2010.

Kesiapan Pak Tjip maju berlaga di ajang Pilkada Sidoarjo 2010, menurut dia, karena dorongan dari berbagai kalangan masyarakat. Hanya saja, dia tidak tertarik untuk merebut tahta W-1. Ia hanya tertarik dan ingin menambah ilmu sebagai umaro di posisi wakil bupati. “Banyak kalangan masyarakat (Sidoarjo) yang mengharapkan saya mencalonkan diri jadi bupati. Tapi saya sampaikan, saya belum mampu jadi orang nmo satu. Saya cukup jadi orang dua saja lewat PKB. Sikap ini merupakan proyeksi dari komitmen saya mendukung Pak Saiful,” katanya.


Berpijak dari sikap Pak Tjip yang sangat mengejutkan itu, maka tahtaW-1 di atas kertas sudah ada di genggaman Syaiful Illah. Pertempuran memperebutkan kekuasan di Sidoarjo pun sudah berakhir sebelum peperangan dimulai. Bagaimana tidak. Dengan sikap komitmen Pak Tjip yang memilih menjadi Wakil Bupati mendampingi diri Syaifu Ilah itu, maka kekuatan PKB untuk mengantarkan pasangan calonnya memenangkan Pilkada 2010 akan lebih gampang dari perjuangan mengantarkan pasangan Win Hendrarso-Syaiful Illah memenangkan Pilkada 2000 dan 2005.

Apalagi Pak Tjip merupakan salah satu sosok hasil istikarah tim kiai NU dan PKB untuk direkomendasikan sebagai pasangan Saiful. Rival Pak Tjip yang konon juga dipublikasi menjadi pilihan alternatif untuk mendampingi Syaiful, adalah Gesang Budianto - Gesang Budiarso, Komisaris Utama PT. Minarak Lapindo Jaya.

Dengan majunya Hadi Sutjipto mendaftarkan diri lebih dahulu, maka peluang Gesang untuk mendmpingi Syaiful Ilah kian meredup. Pasalnya sosok Gesang secara politis memiliki citra yang sangat buruk di mata masyarakat Sidoarjo. Sekretaris DPD Partai Golkar Propinsi Jawa Timur itu menyandang predikat trouble marker untuk Sidoarjo. Daftar dosa yang disandangnya adalah menyebabkan tragedi Lumpur Lapindo yang membuat ribuan warga terdampak lumpur lapindo harus menderita. Kehilangan sandang, pangan, dan papan yang hingga saat ini belum selesai.

“Saya yakin para Kiyai NU dan PKB, juga partai PKB tak akan memilih Gesang Budianto untuk dipasangkan dengan Syaful Ilah. Jika merek memilih Gesang, maka tipologi para Kyai NU dan PKB itu adalah Kyai Bonokeling yang hanya memikirkn diri sendiri tak memikirkan kesusaha masyarakat Sidoarjo,” kata Mbah Di –sesepuh masyarakat Tulangan dan Krian.

Selain itu, dia akan mengerahkan massa untuk endemo para Kyai dan PKB jika memilih Gesang yang jelas-jelas pembuat susah masyarakat Sidoarjo. Juga, akan melakukan tour politic kelilin Sidoarjo untuk tidak memilih Gesang dan pasangannya berkuasa diSidoarjo.(TAMAT)

Senin, 25 Januari 2010

Wali Kota Surabaya Bela Bonekmania

oleh Prima Sp Vardhana


TRIBUN, SURABAYA -Menghadapi sikap anarkis bonekmania yang dituding menyebabkan kerugian ratusan juta banyak pihak, ternyata sikap yang ditunjukkan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono bertolak belakang dengan sikap yang dilakukan Ketua Umum Persebaya Surabaya, Saleh Ismail Mukadar


Atas kerusaka kereta api yang ditengarai menyebabkan kerugian PT KA sekitarRp 269juta, misalnya. Bambang DH menyatakan, kerusakan KA itu bukan sepenuhnya kesalahan suporter Persebaya (bonekmania) saat menyaksikan pertandingan Persebaya melawan Persib Bandung di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Sabtu (23/1).
"Sudah ada bukti, arah batu it berawal dari lemparan masyarakat. Para bonek hanya bersikap pasif dan bertahan dengan memegangi kepala dan berlindung. Kondisi itu sudah jelas bukan bonek yang memulai. Karena itu, saya menolak keras jika bonekmania disebabkan sebagai penyebab anarkis,” katanya saat menghadiri acara Konfercab PDIP Surabaya, Senin (25/1).
Dengan kondisi yang terjadi itu, ditegaskan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tidak akan membayar kerugian kerusakan KA yang dianggap dirusak oleh Bonekmania saat mengangkut suporter dari Bandung ke Surabaya. Menurut dia, pemkot tidak mau bertanggung jawab, karena anggaran yang dikeluarkan untuk mengganti kerugian ulah suporter akan diminta pertanggungjawabannya. "Uangnya ada, tapi kalau dikeluarkan yang bukan untuk haknya, saya bisa digeruduk dan diperiksa," ujarnya.
Kendati demikian, dikatakan, bahwa kepulangan bonek ke Surabaya bukannya tanpa membayar tiket. Para bonekmania itu naik kereta api dengan subsidi dana dari pemkot. Pembayaran tiket itu dipercayakan pada Wastomi Suheri (Koordinator Yayasan Suporter Surabaya) untuk membayar tiket kereta api ke PT KA. Karena itu, orang nomor satu di Suabaya ini sangat masgul dan sakit saat bonekmania dituding naik kereta, secara anarkis dan tanpa beli tiket.

Tagihan tiket KA yang ditagikan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop II Bandung sebagaimana hasil kesepakatan yang ditandatangani antara pihak Daop II Bandung dengan Ketua Dewan Suporter Bonek, Wastomi, jumlahnya sekitar Rp 105 juta untuk KA Pasundan dan KA luar biasa. Nilai itu belum termasuk kerugian akibat kerusakan sarana. Rincian tangihan itu untuk KA luar biasa yang mengangkut sekitar 2.500 bonek senilai Rp 65 juta dan KA Pasundan yang mengangkut 2.000 bonek senilai Rp 40 juta.
Sedangakan untuk kerugian sarana yang tengah dalam proses penghitungan PT KA, untuk sementara sebesar Rp 177 juta. Nilai itu akibat kerusakan yang dialami KA Pasundan, KA Parahyangan, KA Lodaya, KA Mutiara Selatan serta KA reguler Cibatu Garut. Sarana transportasi kereta itu rusak akibat pelemparan oleh warga di sepanjang jalur kepulangan bonek.
Sebagian akibat kaca pecah, kipas angin raib dan lampu hilang. Rincian sementara kerugian akibat kerusakan sarana adalah KA Lodaya Rp4,5 juta, Mutiara Selatan Rp2,8 juta, Argo Wilis Rp20,8 juta, KA Kahuripan Rp78 juta dan KA Pasundan 69 juta. Belum termasuk penggunaan delapan rangkaian Kereta Api Luar Biasa (KALB).
Sikap bijaksana lain dilakuan pemkot adalah akan mengganti biaya perawatan bagi bonek yang mengalami luka dan santunan kepada keluarga korban meninggal. “Harapan saya ke depannya semoga para suporter Persebaya ini mampu mengubah perilaku anarkisnya, sehingga tidak merugikan kesebelasan yang didukungnya. Selain, itu masyarakat kota lain hendaknya juga bersikap ramah dan bijak, sehingga tidak membuat anggota bonekmania terpicu untuk berperilaku beringas,” ujarnya.(vd)

Saleh Mukadar Tak Akui Eksisten Bonekmania


TRIBUN, Surabaya -Citra bonekmania –suporter fanatis kesebelasan Persebaya- kian buram. Predikat pembuat onar dan pelaku anarkis yang layak dipenjarakan, kembali ditembakkan pada bonekmania pasca kepulangan mereka mendukung penampilan Persebaya dalam petandingan tandang ke kndang Persib Bandung di Stadion Jalak Harupat, Bandung. Tudingan itu berawal dari banyaknya peristiwa anarkis yang mengiringi kepulangan mereka ke Surabaya, 24 Januari sore.


Selain menyebabkan PT Kereta Api (KA) mengalami kerugian sekitar Rp 269 juta akibat rusaknya: ratusan kaca kereta dan bingkainya, lampu dan kipas angin, jok untuk tempat duduk penumpang, dan rusaknya kran air.  “Kerugian tersebut merupakan yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir akibat ulah suporter,” kata Manajer Humas PT KA Daops VIII Surabaya, Nur Amin didampingi stafnya Herry Winarno.
Karena kerugian yang ditanggung PT KA sangat besar, pihaknya, kata Nur Amin minta pemerintah setempat dan lembaga yang menaungi suporter mengganti biaya kerusakan yang terjadi.“Penggantian itu sebagai bentuk tanggung jawab, agar kejadian yang sama tidak terulang lagi di kemudian hari,” ujarnya.
Hal senada ditegaskan Kepala Humas PT KA Pusat Adi Suryatmini. Menurutnya, harus ada lembaga atau institusi yang bertanggungjawab dengan banyaknya kerugian yang diderita PT KA akibat ulah suporter. “Jangan malah kerugian dibebankan pada kami (PT KA),” katanya.
Selain kerugian materi dengan banyaknya fasilitas dan sarana-prasarana yang rusak, sejumlah petugas PT KA, kata Adi juga mengalami luka-luka akibat ulah beringas para suporter. Selain itu, masyarakat umum juga menjadi takut dan tak berani naik transportasi massal tersebut, karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat ulah supporter. “Itu terjadi, baik saat mereka (suporter) berangkat maupun ketika pulang,” terangnya.
Dasar nilai kerugian yang harus ditanggung perusahaan BUMN itu antara lain, banyaknya kaca yang pecah untuk satu unit kaca (berisi dua lembar) harganya Rp 394.000. Kerusakan paling parah dialami KA Pasundan. Empat dari sembilan gerbong kereta yang biasanya melayani penumpang jurusan Surabaya - Bandung atau sebaliknya ini kondisinya rusak parah. Sejumlah gerbong lain juga mengalami kerusakan, tapi kondisinya tidak separah empat gerbong tersebut.
Hasil pendataan petugas PT KA, kerusakan yang terjadi di KA Pasundan yang membawa sembilan gerbong, meliputi 147 kaca pecah, 15 pintu bordes rusak, 3 kipas angin rusak, 31 lampu TL hilang, 53 meja panjang hilang, 12 jok tempat duduk rusak, 35 bingkai jendela rusak, dan dua kran air rusak. Selain itu, kondisi KA juga awut-awutan dan tercium bau tidak sedap dari hampir setiap sudut gerbong di kereta ekonomi tersebut. “Kondisi kereta benar-benar remuk redam dan baunya juga menyengat,” jelas Herry.
Jumlah kerusakan tersebut dipastikan akan bertambah, karena petugas masih merampungkan pendataan kerusakan yang dialami KA Luar Biasa (KLB) yang mengangkut sekitar 2.000 bonekmania dan tiba di stasiun Wonokromo, Minggu (24/1) sore. Khusus KA Pasundan yang mengangkut rombongan kedua suporter, pihak PT KA telah dua kali mengganti loko yang dipakai mengangkut sekitar 1.500 bonekmania tersebut akibat kaca depan loko pecah berkeping-keping. Penggantian dilakukan saat kereta di Jogjakarta dan Solo. Selain lokonya yang diganti, masinis kereta yang mengemudikan KA juga minta diganti dengan yang lain.
“Para masinis mengaku takut dan trauma dengan ulah bonek,” ujarnya.


Terhadap tagihan yang dilayangkan PT KA itu, ternyata Persebaya Surabaya tidak mau bertanggung jawab atas tindakan anarkis dan perusakan fasilitas umum yang dilakukan suporter bonek di Solo, Jawa Tengah, saat perjalanan akan mendukung timnya ke Bandung, Jumat (22/1).
“Sampai saat ini Persebaya belum pernah mengakui atau mendaftarkan bonek kepada PSSI sebagai elemen suporter resmi Persebaya. Karena itu, Persebaya tidak punya kewajiban untuk bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan perlaku bonekmania,” kata Ketua Umum Persebaya Saleh Ismail Mukadar di sela-sela Konfercab PDIP Surabaya, Senin (25/1).
Menurut dia, pengurus Persebaya sangat prihatin dengan kejadian di Solo. Karena itu, ia berencana mengumpulkan seluruh elemen suporter di Surabaya. Tujuan pengumpulan suporter itu untuk diajak konsolidasi. Selai itu, juga pengumuman pembentukan elemen suporter resmi  Persebaya.
Langkah selanjutnya, elemen suporter resmi itu akan dilaporkan Persebaya Surabaya kepada PSSI dan kepolisian, dengan dasar kartu keanggotaan supoter yang dilengkapi data diri dan foto anggota. Sikap itu sebagai tindakan preventif  Persebaya, sehingga kedepannya saat melakukan aksi anarkis dan kerusuhan, maka pihak Persebaya siap betanggung jawab. Selain itu, suporter yang melakukan perilaku anarkis itu beserta kelompoknya daat dijerat sanksi hukum.
"Pokoknya akhir Januari ini, seluruh elemen suporter kami kumpulkan untuk membahas masalah ini. Kami juga akan undang PSSI, Komdis (Komisi Disiplin) dan kepolisian," kata Saleh yang juga Manajer Persebaya itu menambahkan.
"Kalau sekarang Komdis menjatuhkan hukuman denda, Persebaya tidak akan pernah mau membayar. Mengapa orang lain yang berbuat, tapi kami yang terkena getahnya," ujarnya menegaskan.
Sebelumnya, Komdis PSSI telah menjatuhkan sanksi kepada suporter bonek berupa larangan mendukung timnya pada laga di luar kandang selama dua tahun. Keputusan itu buntut dari kasus kerusuhan yang dilakukan bonek saat laga Persebaya lawan tuan rumah Pelita Jaya di Karawang. Persebaya terkena hukuman denda Rp250 juta dengan masa percobaan hingga akhir musim. Namun, sanksi Komdis PSSI itu tidak digubris suporter, karena ribuan bonek tetap ngotot berangkat ke Bandung untuk mendukung laga Persebaya menghadapi Persib Bandung, Sabtu (23/1).
Dalam perjalanan ke Bandung, ribuan suporter terlibat aksi anarkis dan pelemparan batu di Solo, yang mengakibatkan sejumlah warga luka-luka dan harus dibawa ke rumah sakit. Salah satu korbannya kontributor foto LKBN ANTARA di Solo yang luka-luka akibat dijotosi bonek saat mengambil foto. Sedangkan tiga suporter Persebaya dikabarkan meninggal, setelah terjatuh dari atap kereta api, sementara puluhan suporter lainnya mengalami luka-luka terkena lemparan batu. (vd)

Syaiful Ilah Melenggang Tanpa Rival Sebanding

Catatan Pilkada Sidoarjo 2010 (1)

oleh Prima Sp Vardhana




PEMILIHAN Kepala Daerah (PILKADA) Sidoarjo yang rencananya digelar Juli 2010 dapat dipastikan akan berlangsung tanpa pertarungan sengit. Calon peraih tahta Bupati Sidoarjo dalam Pilkada itu 75% sudah dapat diprediksi. Wakil Bupati H. Saiful Ilah yang sejak jauh-jauh hari memastikan ikut mencalonkan diri dengan mesin politiknya Partai Keadilan Bangsa (PKB) Sidoarjo, diatas kertas berpeluang besar untuk melenggang mulus tanpa perlawanan. Mengapa demikian?
Juragan tambak yang biasa bicara ceplas-ceplos ini, diprediksi banyak pihak akan melenggang merebut tahta W-1 tanpa perlu mengeluarkan strategi ekstra. Ini terjadi lantaran deret lawan yang akan dihadapi Saiful Ilah dalam Pemilihan Bupati (Pilbup) nanti, semuanya tak memiliki kekuatan rupiah maupun pasukan pemenangan yang mampu mengimbangi mesin politiknya PKB Sidoarjo yang sangat solid dan tangguh. Dibawah bayang-bayang dukungan NU, Muslimat, Fatayat, PKB, Ansor, PPKB, dan Garda Bangsa.
Sebut saja, H. Khulaim Junaidi Sp. Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Sidoarjo ini yang sudah mendaftarkan diri ke tim pencalonan penjaringan Cabup-Cawabup tim sembilan PAN Sidoarjo, 3 Januari lalu, ini bukanlah lawan yang sebanding dengan Saiful Ilah. Dari sisi kepopuleran bagi masyarakat Sidoarjo, misalnya. Nama Khulaim baru dikenal saat ia terpilih sebagai anggota DPRD, dengan jabatan politik Ketua Wakil DPRD Sidoarjo. Sebelumnya nama dia hanya dikenal oleh kalangan anggota PAN Sidoarja saja.

Demikian pula H. Imam Sugiri. Pria keling Ketua Kadin Sidoarjo ini diatas kertas tak akan menjadi sosok yang perlu dikhawatirkan kubu Saiful Ilah. Pasalnya kontraktor di Sidoarjo ini memiliki banyak cacat dan kekurangan untuk memimpin Sidoarjo. Ketidakmampuannya memimpin Kadin Sidoarjo, misalnya. Itu dibuktikan dengan banyaknya pengurus inti yang menundurka diri dari struktur kepengurusan Kadin, antara lain Turino Junaidi dan H. Hadi Putranto.
Dua pegurus di jajaran Wakil Ketua ini mundur lantaran merasa dikhianati Imam Sugiri. Kadin Sidoarjo tidak dijalankan sebagaimana fungsinya, tapi hanya dijadikan kendaraan politik Imam Sugiri untuk mencari popularitas. ”Kadin saat ini sudah tidak serius melakukan pembinaan anggotanya. Tapi lebih fokus sebagai kendaraan politik untuk kepentingan Pilkada Sidoarjo 2010 mendatang,” kata Hadi Putanto, yang juga Ketua Umum Askumindo (Asosiasi Kontraktor Umum Indonesia) Sidoarjo tersebut.
Hal lain yang turut mendasari pengunduran diri itu, adalah beberapa ‘kesalahan’ Kadin saat menggelar kegiatan Sidoarjo Festival (SF) 2009. Salah satunya, adalah banner SF 2009 yang dipasang tidak layak. Dalam banner itu gambar Wakil Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah dihilangkan dan diganti gambar Imam Sugiri, yang secara struktural birokrasi dinilai para pengurus sangat tidak etis. “Selain itu, dalam penyelenggaraan Sidoarjo Festival itu karcis masuknya segaja tidak berporporasi. Ini adalah sebuah pelanggaran perpajakan dan bernuansa pelanggaran hukum,” ujarnya.
Sedangkan H. Sarto MT., MH, Ketua DPC Partai Demokrat Sidoarjo yang sejak pertengahann 2009 sudah melakukan kampanye terselubung dengan memasang fotonya berdampingan SBY. Di atas kertas dia juga rival yang mumpuni untk berduel dengan Saiul Ilah. Salah satunya adalah background asal-usulnya, yang bukan dari Sidoarjo. Dus, peluangnya untuk berebut tahta W-1 sangat berat. Mengapa demikian?
Ini karena masyarakat Sidoarjo, menurut Mbah Di -sesepuh masyarakat Tulangan, sudah kapok dipimpin pemimpin yang bukan asli Sidoarjo. Terbukti dua periode dipimpin Win Hendrarso yang asli Wong Jawa Tengah, ternyata membuat perekonomian Sidoarjo terpuruk oleh tragedi Lumpur Lapindo. Jumlah masyarakat yang hidup dibawah angka kemiskinan dengan tanpa papan (rumah) dan pangan menjadi meningkat.
Demikian pula sikap para ulama yang pernah dilontakan oleh Gus Ali Mashuri, bahwa para ulama Sidoarjo sangat mengharapkan agar Kota Udang itu tak lagi dipimpin oleh seorang bupati yang non-Sidoarjo. Sehingga pemimpin tersebut mengetahui akan karakter masyarakat Sidoarjo, demikian pula kebutuhan masyarakat. Sepintas lalu sikap para ulama itu akan menjadi batu sandungan bagi Sarto untuk mencalonkan diri. (bersambung)

Sabtu, 23 Januari 2010

Nama Dua Kyai Difitnah untuk SMS Anti Sutjipto

oleh Prima Sp Vardhana


Sidoarjo, TRIBUN -KEPUTUSAN Hadi Sutjipto mengikuti penjaringan merebut tiket cawabup dari PKB dengan mendaftar ke desk Pilkada PKB, tenyata sudah mendulang sandungan dan sikap penolakan. Bentuknya adalah beredarnya SMS fitnah di kalangan tokoh masyarakat, ulama dan para Kyai, dan wartawan di Sioarjo. 

Isi SMS itu informasi tentang adanya gerakan dari kelompok para Kyai NU dan PKB yang menolak pencalonan Pak Tjip –panggilan populer Hadi Sutjipto- untuk mendampingi Syaiful Ilah sebagai Calon Wakil Bupati.


SMS yang dikirim dari nomer 0857332xxxxx itu menginformasikan, bahwa mantan Ketua PC NU Sidoarjo, KH Abdi Manaf, Klopo Sepuluh sedang menggalang gerakan di kalangan para Kyai se-Sidoarjo untuk menolak Hadi Sutjipto sebagai bakal calon pendamping Saiful Ilah dalam Pilkada Sidoarjo 2010. Masalah itu telah dibahas dalam forum di Ponpes Darul Falah, Krian.
Ironisnya, saat nomor pengirim SMS dikontak untuk melakukan konfirmasi, ternyata hanya terdena nada sambung. Namun kontak tersebut tak pernah diangkat oleh emili ponsel.
Saat dikonfirmasi pada KH Abdi Manaf, ternyata ulama ramah dan kalem itu hanya terseyum. Pasanya ponsel miliknya sendiri, juga mendapatkan SMS sama dari pengirim yang sama. Tidak hanya itu, namanya juga difitnah tengah menggalang gerakan bersama KH Iskandar, pengasuh Ponpes Darul Falah, Krian untuk menolak pencalonan Sutjipto.
“SMS fitnah itu pekerjaan orang-orang sesat yang ingin mencelakan orang lain, yang tidak perlu ditanggapi biar Allah Swt saja yang melayani kelicikannya itu. Bodohnya lagi kok SMS yang mengatasnamakan saya kok dikirim ke ponsel saya, ini lucu mas. Selain itu, saya tidak punya kepentingan dalam Pilkada nanti,” katanya dengan tersenyum.
Soal dirinya terlibat dalam mendukung deklarasi Syaiful Ilah untuk maju ke Pilkada, diakui, sebatas pada sikanya sebagai ulama yang dimintai doa dan dukungan oleh seorang teman lama. Selepas acara deklarasi itu, sudah dua bulan lebih tak bertemu dan berkomunikasi dengan Syaifl Ilah.
Demikian pula sikap yan ditunjukkan KH Iskandar, yang namanya juga dikutip melakukan gerakan penolaka terhadap majunya Hadi Sutjipto sebagai calon wakil bupati. Menurut ia, dengan fitnah yang berpeluang membuat dirinya berbenturan dengan Hadi Sutjipto dan orang lain, maka dia beharap agar Allah memaafkan dan mengampuni dosa-dosa pelaku fitnah itu untuk segera diberi petunjuk.
“Namun secara pribadi, SMS fitnah itu saya ambil hikmahnya sebagai petunjuk Allah, bahwa sosok yang layak mendampingi Pak Syaiful adalah Pak Tjip. Buktinya belum apa-apa, ternyata banyak orang sirik terhadap Pak Tjip. Sikap saya ini semoga saja juga sama denga sikap para Kyai lainnya,” ujarnya.
Sedangkan Hadi Sutjipto saat diknfimasi sikapnya atas SMS fitnah itu, hanya menanggapi dengan tersenyum. Bahkan dia sangat kaget jika keputusannya mendaftarkan diri ke desk Pilkada PKB itu, ternyata membuat seseorang sakit hati dan berani meminjam nama dua Kyai untu melakukan fitnah.
“Sebagai pribadi, saya mohon maaf jika keputusan mendaftar ke desk Pilkada PKB membuat seseorang sakit hati. Harapan saya kalau melakukan fitnah janganlah meminjam nama Kyai, karena Kyai itu adalah panutan kita dalam beribadah,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya. (vd)

Rabu, 20 Januari 2010

Hadi Sutjipto Daftar Cawabup ke Desk PKB

oleh Prima Sp Vardana



Sidoarjo, TRIBUN – Setelah satu tahun lebih berdiam diri atas rumour yang berkembang tentang ambisinya maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sidoarjo 2010,  Rabu (20/1)  malam, H. MG Hadi Sutjipto turun gunung. Didampingi tiga orang terdekatnya, pejabat Asisten 1 SekdakabSidoarjo Bidang Pemerintahan dan Kesra ini mendaftarkan diri dalam bursa Bacawabup (Bakal Calon Wakil Bupati) pada desk Pilkada PKB.
Datang tiga jam sebelum penutupan pendaftaran, Pak Tjip (nama panggilan Hadi Sutjipto, red.)  tiba di Kantor PKB, Jl Erlangga 5-6. Disambut Ketua Desk Pilkada PKB Imam Rahmad dan anggota, Pak Tjip yang datang sekitar pukul 21.00 langsung mengisi daftar hadir, melengkapi berkas administrasi mengisi berkas pendaftaran bacawabup. Selain itu, dia juga memenuhi ''mahar'' pendaftaran sebesar Rp 50 juta.
”Alhamdulilah, saya berhasil mendaftarkan diri sebagai bacawabup pada desk PKB pada detik-detik terakhir penutupan. Semoga pendaftaran saya ini diridhoi Allah, sehingga saya bisa mendampingi Pak Saiful untuk melakukan perbaikan perekonomian Sidoarjo yang tersuruk akibat tragedi Lumpr Lapindo,” kata Hadi Sutjipto saat dihubungi ponselnya.
Tak berselang lama, deklarator Partai Demokrat Sidoarjo Jalaluddin Alham datang. Pria berkumis ala aktor Yunani Omar Sharief ini didampingi tujuh anak yatim dari panti asuhan Al Firdaus, Siwalanpanji, Buduran. Wakil ketua DPRD Sidoarjo periode 2004-2009 itu masuk Kantor PKB sekitar pukul 22.00.

Saat mendaftar, anggota DPRD Jatim dari dapil Sidoarjo-Surabaya itu mengisi daftar hadir, lantas melengkapi berkas administrasi. Tak lupa, dia menyerahkan uang pendaftaran Rp 50 juta. Ironisnya, Sarjana Ilmu Politik itu tak membawa foto dan salinan ijazah terakhir. Tapi, dia diberi toleransi melengkapi hingga Minggu (24/1). Jika tak bisa memenuhi, dia bersedia dicoret dari daftar nama bacawabup PKB.

Sepertinya, waktu yang diberikan PKB itu tidak cukup untuk mengurus kekurangan tersebut. ''Saya menghargai penjaringan PKB. Saya bersedia dicoret karena alasan waktu,'' katanya.

Pada menit-menit terakhir Akhmad Khoiri datang paling akhir ditemani dua orang dekatnya. Kader NU itu menyerahkan ''mahar'' Rp 50 juta. Menurut Khoiri, dirinya serius maju mendampingi bacabup Saiful Ilah.

Sekretaris PKB Sidoarjo itu merasa terpanggil untuk memajukan Sidoarjo. Warga NU Sidoarjo, kata dia, merupakan mayoritas. Karena itu, dia ingin menjadi representasi warga NU. ''Jangan orang lain yang diusung, utamakan kader sendiri,'' ucap wakil direktur RS Siti Hajar tersebut.
(vd)

Senin, 04 Januari 2010

Gesang - Sutjipto Bersaing Dalam Istikhoroh Para Kiyai

oleh Prima Sp Vardhana

TRIBUN  - Sidoarjo, Sosok yang layak mendampingi Syaiful Ilah maju dalam Pilkada Sidoarjo 2010, ternyata mengkristal menjadi dua orang yaitu Komisaris PT Minarak Lapindo Jaya, Gesang Budiarso dan Asisten I Sekdakab Sidoarjo Bidang Tata PemerintahanSidoarjo H. MG Had Sutjipto. Keduanya memilik peluang yang sama untuk mendampingi Syaiful Ilah.

Dua nama itu muncul dalam istikhoroh para Kiyai NU, sebagaimana diakui KH Achmad Rofi'i, Ketua Syuriah PC NU Sidoarjo.

“Saat istikhoroh pertama, ada tiga orang yang muncul. Namun, sekarang sudah tinggal dua orang. Satunya pengusaha yang berkaitan dengan tragedi lumpur Laindo Jaya, sementara satu sosok lainnya birokrat murni,” kata anggota tim istikarah yang akrab disapa Gus Rofiq itu.

Kiai asal Jabon ini memang tidak bersedia menyebutkan nama. Namun dia memberi isyarat dua nama itu tak berbeda dengan yang pernah terungkap sebelumnya. “Saya kira semua sudah tahu siapa dua nama yang layak mendampingi Pak Saiful,” ujarnya.

Pengerucutan dua nama itu, menuut dia, sudah diamini seluruh kiai yang tergabung dalam tim istikarah, termasuk kiai sepuh dari Kediri.

Dalam waktu dekat ini, lanjut Gus Rofiq, tim sukses Saiful akan mengumumkan, siapa yang bakal dipilih mendampinginya. Lagi-lagi, istikarah para kiai mengambil peranan penting. “Yang jelas, Pak Saiful sudah dapat dipastikan tidak akan menolak hasil istikarah para kiai,” katanya.

Pengumuman yang diungkapkan Gus Rofiq itu, ternyata disambut senyuman oleh Mbah Di. Menurut sesepuh masyarakat Tulangan dan Krian itu, penguman yang disampaikan Ketua Syuriah PC NU Sidoarjo itu bernuansa politis. Pengumuman itu sangat tendensius menunggu sambutan dua sosok yang diummkan itu.

"Sebagai Kyai yang menjadi panutan masyarakat, seharusnya para Kyai NU itu tidak bersikap demikian. Beralaskan hasil Istikhoroh, lalu menyebut nama dua orang yang layak jadi pendamping Syaiful Ilah," ujarnya.

Sikap para Kyai NU itu, dinilainya, secara agamis sangat "melecehkan"  kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Sebab dalam Quran, Allah telah berfirman akan mendatangan seoang pemimpin kaum yang pilihan dan teraik diantara kaumnya. Artinya, Allah tidak akan mengirmkan seseoang yang pernah merusak sebuah kaum untuk menjadi pemimpin kaum yang dirusaknya.

"Lalu kenapa nama Gesang Budiarso yang jelas-jelas perusahannya PT Lapindo menjadi sumber petaka masyarakat Sidoarjo, kok dimunculkan Allah dalam Istikhoroh para Kyai tersebut. Hal ini sangat gak masuk akal dan menyalahi Quran," ujarnya.

Karena itu, Mbah Di meminta para Kyai NU itu hendaknya segera bertobat. Pasalnya memanfaatkan kekuasaan dan kebesaran Allah untuk membuat Syaiful Ilah bingung, dosanya sangat besar. (vd)