Kamis, 22 Oktober 2009

KONI Sidoarjo Diharapkan Rangkul Bapak Angkat Buat Cabor

oleh Prima Sp Vardhana



TRIBUN, Sidoarjo - Pekan olahraga Provinsi (Porprov) II Jatim di Malang telah berakhir 10 Oktober lalu. Kontingen Kota Surabaya berhasil mempertahankan prestasinya sebagai juara umum dengan 47 emas, sementara posisi kedua hingga kelima ditempati kontingen tuan rumah Kota Malang, Kab. Sidoarjo, Kab. Malang, dan Kota Kediri.

Dalam perebutan kursi lima besar itu, prestasi yang ditunjukkan kontingen Kab. Sidoarjo sangat luar biasa. Pasukan yang hanya menggelar pemusatan latihan daerah (Puslatda) hanya lima hari mulai 27 September hingga 1 Oktober itu, ternyata berhasil memperbaiki prestasi yang diraih dalam Porprov I/2007 di Surabaya. Kontingen yang hanya berlaga dalam 17 cabang olahraga (cabor) dari 20 cabor yang dipertandingkan itu, dengan mengejutkan menggusur posisi kontingen Kota Kediri dari posisi ketiga.

Sukses yang didulang para atlet Sidoarjo itu secara prestise sangat membanggakan Bupati Sidoarjo H. Win Hendrarso saat dihubungi di ruang kerjanya, beberapa hari lalu. Menurut orang nomor satu di Kota Delta itu, karena sukses memperbaiki posisi itu secara prestasi membuktikan keberhasilan sistem pembinaan olahraga yang dilakukan pengurus cabang (pengcab) olahraga di Sidoarjo.

Sedangkan kucuran medali yang dijanjikan KONI Sidoarjo akan diberikan terhadap atlet yang berhasil mendulang medali Porprov II dilakukan pada 19 Oktober. Peraih medali emas mendapat Rp 2 juta. Peraih medai Perak dan Perunggu, masing-masing diganjar Rp 1,5 juta dan Rp 1 juta. Untuk atlet yang tidak mendapat medali, masing-masing memper­oleh Rp 200 ribu.

Kebahagiaan yang ditunjukkan Win kian memuncak, setelah diketahui dalam pertempuran perebutan medali Porprov II di Malang, ternyata ada beberapa tim cabor mampu membukukan medali melebihi target yang ditetapkan KONI Sidoarjo. Tim karate, misalnya.

”Saya berharap kedepannya KONI harus memberikan perhatian spesial terhadap cabor-cabor yang mampu mendulang medali melebihi target, sehingga prestasi para atletnya mengalami peningkatan pesat dan bermanfaat untuk Jatim dan nasional,” ujarnya.

Sikap sama juga dilontarkan Wakil Bupati Sidoarjo H. Syaiful Ilah, bahkan kandidat kuat pengganti Win Hendrarso untuk periode 2010-2014 ini menyarankan, keberhasiln kontingen kota petis dalam Porprov II itu perlu ditindaklanjuti dengan peningkatan sistem pembinaan olahraga seluruhnya, khususnya terhadap cabor-cabor yang berhasil membuktikan hasil pembinaan atletnya dengan mendulang medali Porprov II.

Perhatian peningkatan sistem pembinaan atlet, menurut ketua PKB Sidoarjo ini, secara manajerial sangat beragam. Namun yang paling penting dan perlu ditindaklanjuti KONI Sidoarjo adalah menjadi mediator pencab-pengcab cabor, untuk mendapatkan bapak angkat yang siap mendukung pembinaan atlet-atlet Sidoarjo.

”Di Sidoarjo ini ada 700 lebih pengusaha mapan sebagaimana catatan Kadin Sidoarjo, masa merangkul satu pengusaha atau lebih untuk satu cabor tidak bisa dilakukan KONI. Kalau pun kesulitan ini yang terjadi, maka Pemkab siap memberikan dukungan dalam program KONI merangkul pengusaha sebagai bapa angkat cabor,” ujarnya.
 

TOLERANSI KEGAGALAN

Sukses Kab. Sidoarjo masuk tiga besar juara umum dengan mendulang 11 medali emas, 12 perak, dan 13 perunggu, secara prestise belum layak disebut sebagai sebuah keberhasilan kontingen. Pasalnya 260 atlet dan ofisial yang diturunkan dalam 17 cabor Porprov II, ternyata 5 cabor seperti bola voli, basket, bridge, silat, dan tenis meja mengalami kegagalan.

Dengan gagalnya 5 cabor tersebut dalam mendulang medali, maka asupan dana APBD Sidoarjo sebesar Rp 1,4 miliar yang diterima KONI dari Pemkab Sidoarjo yang sebagian besar untuk pengiriman tim ke Porprov II, secara prestise tidak mendapatkan imbalan seimbang dari kontingen yang dikirimkan dalam Porprov II.

Tolok ukur kegagalan memberikan imbalan seimbang dari asupan dana APBD untuk KONI Sidoarjo itu, adalah kegagalan lima tim cabor yang dikirimkan. Fakta itu menunjukkan, bahwa kontingen yang dikirimkan mengalami kegagalan 30%. Prosentase kegagalan tersebut secara prestasi, dinilai Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Jatim Irmantara Subagya di Stadion Gajayana, melebihi standart toleransi kegagalan pengiriman sebuah kotingen olahraga.

Batas toleransi kegagalan sebuah kontingen olahraga dalam mendulang medali, menurut mantan petenis nasional ini, secara teknik sebesar 20%. Sehingga sebuah kontingen yang tampil dalam 20 cabor Porprov II ini, dikategorikan mengalami kegagalan prestasi umum saat lebih dari 4 tim cabor yang diturunkan gagal mendulang medali. Demikian pula terhadap pengiriman kontingen cabor yang berlaga dalam Kejurcab, Kejurda dan Kejurnas.

”Batas toleransi kegagalan ini wajib menjadi pegangan sebuah kontingen olahraga daerah yang tampil dalam even olahraga, karena terkait dana keberangkatan mereka yang berasal dari APBD dan haus dipertanggungjawabkan dengan prestasi,” ujarnya.  

Berdasar batas toleransi kegagalan tim olahraga yang dipaparkan Ibaq (panggilan akrab Irmantara Subagya), maka tim cabor yang diturunkan Kab. Sidoarjo seharusnya tak lebih dari tiga cabor. Karena itu, KONI Sidoarjo pun ”menyemprit” pengurus cabang lima cabor yang gagal mendulang medali Porprov II. Mereka diminta meningkatkan sistem pembinaan atlet yang dilakukan selama ini. Tolok ukur peningkatan sistem pembinaan itu harus mereka buktikan dalam Kejurprov masing-masing cabor yang akan berlangsung di sisa tahun 2009 dan 2010.
 
”KONI akan mengambil sikap tegas jika dalam Kejurprov mendatang, ternyata diantara 5 cabor itu ada yang gagal mendulang medali. Cabor bersangkutan tidak akan diproyeksikan berpartisipasi dalam Porprov III tahun 2011,” kata Ketua Harian KONI Sidoarjo H. MG Hadi Sutjipto di ruang kerjanya.

Karena itu, pejabat Asisten I Bidang Tata Pemerintahan dan Kesra Pemkab Sidoarjo ini berharap, kegagalan berprestasi dalam Porprov II itu tidak perlu lagi disesali yang secara psikologis akan bedampak dalam kejiwaan para atlet. Sebaliknya kegagalan tersebut cukup dinilai sebagai prestasi yang tertunda, sehingga dimanfaatkan sebagai momen motivasi pada masing-masing cabor untuk merebut prestasinya yang tertunda.

Selain itu, pria yang piawai beladiri pencak silat ini, juga berharap agar cabor yang sukses mendulang medali tidak terlenah dengan prestasinya dalam Porprov II. Prestasi yang berhasil dibukukan justru harus menjadi motivasi pembinaan, sehingga prestasinya dalam Kejurpro dan Porprov III mendatang mengalami peningkatan yang signifikan.

”Saya yakin sekali peta persaingan dalam Porprov III akan lebih ketat dan merata. Karena itu, semua pengcab olahaga di Sidoarjo mulai melakukan pembinaan berjenjang, sehingga menjelang Porprov tidak mengalami kesulitan dalam menjaring atlet potensial sebagaimana regulasi Porprov yang ditetapkan,” katanya. (vd)

 

0 komentar:

Posting Komentar