Senin, 25 Januari 2010

Wali Kota Surabaya Bela Bonekmania

oleh Prima Sp Vardhana


TRIBUN, SURABAYA -Menghadapi sikap anarkis bonekmania yang dituding menyebabkan kerugian ratusan juta banyak pihak, ternyata sikap yang ditunjukkan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono bertolak belakang dengan sikap yang dilakukan Ketua Umum Persebaya Surabaya, Saleh Ismail Mukadar


Atas kerusaka kereta api yang ditengarai menyebabkan kerugian PT KA sekitarRp 269juta, misalnya. Bambang DH menyatakan, kerusakan KA itu bukan sepenuhnya kesalahan suporter Persebaya (bonekmania) saat menyaksikan pertandingan Persebaya melawan Persib Bandung di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Sabtu (23/1).
"Sudah ada bukti, arah batu it berawal dari lemparan masyarakat. Para bonek hanya bersikap pasif dan bertahan dengan memegangi kepala dan berlindung. Kondisi itu sudah jelas bukan bonek yang memulai. Karena itu, saya menolak keras jika bonekmania disebabkan sebagai penyebab anarkis,” katanya saat menghadiri acara Konfercab PDIP Surabaya, Senin (25/1).
Dengan kondisi yang terjadi itu, ditegaskan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tidak akan membayar kerugian kerusakan KA yang dianggap dirusak oleh Bonekmania saat mengangkut suporter dari Bandung ke Surabaya. Menurut dia, pemkot tidak mau bertanggung jawab, karena anggaran yang dikeluarkan untuk mengganti kerugian ulah suporter akan diminta pertanggungjawabannya. "Uangnya ada, tapi kalau dikeluarkan yang bukan untuk haknya, saya bisa digeruduk dan diperiksa," ujarnya.
Kendati demikian, dikatakan, bahwa kepulangan bonek ke Surabaya bukannya tanpa membayar tiket. Para bonekmania itu naik kereta api dengan subsidi dana dari pemkot. Pembayaran tiket itu dipercayakan pada Wastomi Suheri (Koordinator Yayasan Suporter Surabaya) untuk membayar tiket kereta api ke PT KA. Karena itu, orang nomor satu di Suabaya ini sangat masgul dan sakit saat bonekmania dituding naik kereta, secara anarkis dan tanpa beli tiket.

Tagihan tiket KA yang ditagikan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop II Bandung sebagaimana hasil kesepakatan yang ditandatangani antara pihak Daop II Bandung dengan Ketua Dewan Suporter Bonek, Wastomi, jumlahnya sekitar Rp 105 juta untuk KA Pasundan dan KA luar biasa. Nilai itu belum termasuk kerugian akibat kerusakan sarana. Rincian tangihan itu untuk KA luar biasa yang mengangkut sekitar 2.500 bonek senilai Rp 65 juta dan KA Pasundan yang mengangkut 2.000 bonek senilai Rp 40 juta.
Sedangakan untuk kerugian sarana yang tengah dalam proses penghitungan PT KA, untuk sementara sebesar Rp 177 juta. Nilai itu akibat kerusakan yang dialami KA Pasundan, KA Parahyangan, KA Lodaya, KA Mutiara Selatan serta KA reguler Cibatu Garut. Sarana transportasi kereta itu rusak akibat pelemparan oleh warga di sepanjang jalur kepulangan bonek.
Sebagian akibat kaca pecah, kipas angin raib dan lampu hilang. Rincian sementara kerugian akibat kerusakan sarana adalah KA Lodaya Rp4,5 juta, Mutiara Selatan Rp2,8 juta, Argo Wilis Rp20,8 juta, KA Kahuripan Rp78 juta dan KA Pasundan 69 juta. Belum termasuk penggunaan delapan rangkaian Kereta Api Luar Biasa (KALB).
Sikap bijaksana lain dilakuan pemkot adalah akan mengganti biaya perawatan bagi bonek yang mengalami luka dan santunan kepada keluarga korban meninggal. “Harapan saya ke depannya semoga para suporter Persebaya ini mampu mengubah perilaku anarkisnya, sehingga tidak merugikan kesebelasan yang didukungnya. Selain, itu masyarakat kota lain hendaknya juga bersikap ramah dan bijak, sehingga tidak membuat anggota bonekmania terpicu untuk berperilaku beringas,” ujarnya.(vd)

0 komentar:

Posting Komentar