Minggu, 13 Desember 2009

Terganggu Pemberitaan, SBY Giat Melobi Peserta Konferensi PBB


DUBAI, TRIBUN - Komunikasi politik dengan sejumlah kepala pemerintahan negara-negara di Eropa peserta Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, mulai dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan ke Eropa mulai Minggu (13/12). Langkah ini dilakukan SBY untuk mensukseskan konsensus konkret tentang perubahan iklim global.

SBY akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barosso, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, dan Kanselir Jerman Angela Merkel sebelum dijadwalkan tiba di Kopenhagen pada Rabu, 16 Desember.

Wartawati Kompas, Nur Hidayati, yang ikut dalam rombongan Presiden Yudhoyono melaporkan, Presiden juga akan membahas pencapaian komitmen bersama di Konferensi Perubahan Iklim PBB di Kopenhagen. Presiden menjelaskan, ia telah bersurat kepada Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen, menjelaskan posisi Indonesia dan menyampaikan proposal Indonesia untuk mengurai potensi kebuntuan.

Presiden menyampaikan apresiasi karena Indonesia diminta turut mencari solusi bagi tercapainya konsensus konkret. ”Ada Australia, Ukraina, dan Norwegia meminta terus komunikasi agar Kopenhagen Summit tidak gagal,” ujar Presiden dalam penerbangan Jakarta-Brussels (Belgia) sebelum transit di Dubai, Uni Emirat Arab.

Presiden berada di Kopenhagen pada 16-19 Desember. ”Saya akan standby dan melakukan lobi-lobi dengan kepala negara lain supaya ada konsensus,” ujarnya.

Di sisi lain Presiden prihatin atas pemberitaan yang mendiskreditkan Indonesia, terutama soal lingkungan dan kehutanan. ”TV internasional mengangkat sisi negatif, misalnya kebakaran hutan dan lahan hutan telantar di Riau. Betul ada kekurangan, tetapi yang bagus juga perlu diangkat,” katanya.

Contoh lainnya, pemberitaan soal rencana pemerintah membuka 12,7 juta hektar lahan hutan untuk kegiatan ekonomi. Presiden menegaskan, itu adalah bohong. Ia menyayangkan informasi itu disampaikan penggiat lingkungan dari Indonesia.

Ia menegaskan, pemerintah berkomitmen serius menurunkan emisi hingga 26 persen pada 2020. ”Kita ingin betul merawat tanah air kita. Menghukum negara yang more than willing to do something itu enggak bagus,” ujarnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal mengatakan, Presiden merasa upayanya mendorong keberhasilan di Kopenhagen ini berat. Posisi negara maju dan negara berkembang masih kaku dan belum bisa dijembatani. (Kompas/vd)

0 komentar:

Posting Komentar