Selasa, 28 April 2009

Pekerja Pelabuhan Rentan HIV/AIDS


PEKERJA pelabuhan yang kebanyakan terdiri dari laki-laki rentan terhadap HIV/AIDS karena memiliki perilaku seks berisiko. Kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran mereka untuk memeriksakan diri.

Hal itu terungkap dalam Lokakarya Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV, dan AIDS, di Kota Semarang, Rabu (15/4). Acara ini diselenggarakan Kalandara, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS.

Selama rentang waktu 2006-2009, Kalandara meneliti pekerja pelabuhan Tanjung Emas yang terdiri atas anak buah kapal (ABK), tenaga kerja bongkar muat, pengemudi truk dan kernet, dan pengendara ojek.

Manajer Program Kalandara Muhammad Yusuf mengakui, pekerja pelabuhan merupakan laki-laki yang memiliki tingkat mobilitas cukup tinggi sehingga memiliki perilaku seks berisiko yang rentan terhadap IMS, HIV, dan AIDS. "Apalagi, mereka jauh dari tempat tinggalnya dan jarang bertemu istri," ujar Yusuf.

Dari hasil penelitian Kalandara terhadap 50 tenaga kerja bongkar muat, 68 persen berhubungan seks tidak dengan istrinya dan 42 persen di antaranya tidak pernah menggunakan kondom. Adapun hasil penelitian terhadap 50 pengemudi truk, 90 persen berhubungan seks tidak dengan istrinya dan 74 persen di antaranya tidak menggunakan kondom.

Hal ini diperparah dengan rendahnya kesadaran memeriksakan diri. Sebanyak 54 persen tenaga kerja bongkar muat dan 96 persen pengemudi truk tidak pernah memeriksakan kesehatan.

"Laki-laki berisiko ini tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi berpotensi untuk menularkan kepada istri dan anaknya," kata Yusuf.

Kepala Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Tanjung Emas Ramses Peter Sihombing mengakui, minimnya kesadaran para pekerja pelabuhan untuk memeriksakan kesehatan disebabkan budaya malu yang justru dapat merugikan diri sendiri.

Kepala Kantor Administrasi Pelabuhan Tanjung Emas Erwin Rosmali mengatakan, sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS terhadap pekerja pelabuhan penting dilakukan sebagai bentuk penyadaran.

Menurut Kepala Seksi Kesehatan Pelabuhan Hamidah, terdapat 108 penderita IMS yang memeriksakan diri ke 13 klinik di sekitar pelabuhan. "Hal ini mesti diwaspadai karena penderita IMS berpotensi terkena HIV/AIDS," ucapnya.

Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Tengah sejak tahun 1993-2008, terdapat 1.915 kasus HIV/AIDS antara lain 1.375 kasus HIV dan 540 AIDS yang menyebabkan 215 orang meninggal.

Namun, Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi KPA Jateng Sigit Setya Budi mengatakan, jumlah tersebut lebih kecil dari estimasi KPA Nasional terhadap pengidap HIV/ AIDS di Jateng yang mencapai sekitar 8.000 orang. (kom)

0 komentar:

Posting Komentar