Selasa, 28 April 2009

Pasca Pileg, Masyarakat Harus Kritis


Masyarakat diharapkan mampu bersikap kritis menanggapi berbagai bentuk manuver politik pascapemilihan umum legislatif, yang saling dilontarkan oleh para politisi partai politik (parpol) belakangan ini, terutama terkait tuduhan adanya upaya politik kotor atau menghalalkan segala cara demi melanggengkan kekuasaan. Sikap kritis macam itu diperlukan agar masyarakat tidak malah menjadi pragmatis, asal menerima, dan sekadar menggampangkan persoalan, yang ujung-ujungnya menyebabkan mereka menjadi tidak kritis dan sekadar menganggap semua peristiwa terjadi akibat adanya sebuah konspirasi.

Kesimpulan tadi muncul dalam diskusi politik yang digelar Kompas.com, Selasa (28/4). Hadir dalam diskusi itu staf pengajar Universitas Paramadina Fernando S Rivanto, yang juga mahasiswa doktoral bidang politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).
"Sebaiknya jangan terlalu gampang menuduh apalagi menuduh ada teori konspirasi dalam satu kejadian. Akan jauh lebih bijak jika semua pihak mampu menelaah apa yang sebenarnya terjadi dan apakah yang terjadi memang seperti itu," ujar Rivanto.

Menurut Rivanto, upaya mencari pembuktian sekaligus mencari tahu apakah peristiwa-peristiwa atau kejadian yang dituduhkan itu memang benar terjadi dan sudah menggejala, justru akan memudahkan masyarakat belajar dan memahami peta besar yang ada dari berbagai peristiwa selama ini. Dengan begitu masyarakat tidak perlu menjadi pihak yang pragmatis dan sekadar menerima begitu saja pernyataan atau tuduhan yang dilontarkan para politisi. Pernyataan segala sesuatu terjadi akibat adanya konspirasi justru malah hanya menggeneralisasi persoalan.

"Jangan menggeneralisasi seperti itu, coba cermati dahulu sehingga tampak satu peta besar dari berbagai kejadian yang saling terkait. Dari sana bisa dilihat, misalnya, siapa saja yang terlibat dalam satu peristiwa, siapa yang memegang 'cambuk' (kendali), apa kepentingan masing-masing, dan seperti apa pola hubungan antartokoh yang terlibat," ujar Srivanto.

Saat dihubungi terpisah, peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menegaskan, pembuktian benar atau tidaknya berbagai macam tuduhan yang saling dilancarkan selama ini oleh para politisi harus dilakukan. Semua itu, menurutnya, terkait erat pendidikan politik masyarakat secara luas.

"Masyarakat kita sekarang kan selama ini terbukti sudah jauh sangat dewasa dalam menyikapi berbagai persoalan politik. Jangan lalu semua pencapaian seperti itu dirusak lagi dengan perilaku berbagai elite politik, yang terindikasi saling melakukan politik atau konspirasi kotor dan kemudian saling menuduh," ujar Ikrar.

Ikrar menambahkan, sah-sah saja jika sekarang masyarakat telanjur menilai telah terjadi semacam konspirasi, misalnya terkait kekisruhan daftar pemilih tetap (DPT) dalam pemilu legislatif lalu atau terkait berbagai teror maupun upaya memecah belah parpol, yang semua itu dilakukan untuk melanggengkan kekuasaan. Tanpa ada pembuktian, kedewasaan masyarakat dalam berpolitik seperti selama ini telah terbentuk dengan baik bakal rusak oleh berbagai macam kecurigaan atau sikap pragmatis, yang muncul kemudian di kalangan masyarakat sebagai bentuk penyikapannya atas apa yang terjadi tadi.(kom)

0 komentar:

Posting Komentar