Jumat, 24 Juli 2009

Jelang Panen Raya, Harga Gabah Anjlok


MENJELANG panen raya musim tanam kedua 2009, harga gabah di wilayah Banyumas dan sekitarnya mulai jatuh. Harga gabah kering panen di pasaran hanya Rp 2.200 per kilogram atau di bawah harga pembelian pemerintah Rp 2.400 per kg, sedangkah harga gabah kering gudang hanya Rp 2.700 per kg atau turun dari sepekan sebelumnya yang masih pada kisaran Rp 2.900 per kg.

Ketua Umum Asosiasi Perberasan Banyumas, Agus Purwanto, Kamis (23/7), mengungkapkan, penurunan harga gabah tersebut terjadi karena rendahnya penyerapan gabah petani oleh pasar. Bulog sendiri yang diharapkan menyerap gabah petani melalui mitra kerja, satuan tugas, dan unit pengolahan gabah dan beras (UPGB), justru lebih banyak membeli beras, bukan gabah.

"Ini yang sangat kami sayangkan. Kenapa Bulog justru membeli beras, bukannya gabah. Kalau seperti ini yang kasihan petani," ujar Agus.

Penurunan harga gabah itu terjadi merata di wilayah Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap. Dikhawatirkan, penurunan bakal terus berlangsung hingga masa puncak panen yang diperkirakan akan terjadi pada akhir Juli dan awal Agustus ini.

Mitra-mitra kerja Bulog sebenarnya tak keberatan untuk membeli gabah. Namun, keterbatasan sarana gudang dan pengolahan membuat mereka tak dapat menyerap dalam jumlah banyak.

Fungsi penyerapan gabah dalam jumlah besar semestinya dapat dilakukan Bulog melalui satgas dan UPGB. Sayangnya, dua piranti Bulog dalam menyerap beras dan gabah petani tersebut kurang berorientasi pada gabah.

Pengusaha penggilingan gabah di Bukateja, Purbalingga, Mustangin, mengungkapkan, masih rendahnya penyerapan gabah di pasaran saat ini karena masih banyaknya stok beras di Banyumas dan sekitarnya. Stok berlebih ini berasal dari panen pertama yang berakhir bulan Mei lalu, serta panen kedua yang mulai terjadi di beberapa wilayah seperti Cilacap bagian timur, Banyumas bagian selatan, dan Purbalingga.

"Stok beras di Banyumas umumnya cukup meskipun stok nasional masih kurang. Akibatnya, penyerapan gabah pun tersendat. Imbasnya, harga gabah turun," kata dia.

Lebih jauh dia mengungkapkan, bila terus berlangsung, petani jelas akan dirugikan. Terlebih, pada masa tanam kedua ini banyak sawah yang rusak karena diserang hama tikus, terutama di wilayah Purbalingga.

0 komentar:

Posting Komentar